Nadiem Makarim Beberkan Sederet Dampak Negatif Pembelajaran Jarak Jauh

Karla Farhana diperbarui 18 Mar 2021, 20:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim mengungkap sederet dampak negatif dari pembelajaran jarak jauh. Untuk itu, pemerintah memutuskan pembukaan sekolah setelah vaksinasi guru dan tenaga kependidikan rampung. Kepada CNN Indonesia, dia mengungkap hanya 15 persen sekolah di Indonesia yang sudah menjalani pembelajaran tatap muka. 

"Dari semua 23 negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, 85 persen dari semua negara tersebut sudah buka sekolahnya. Kita tertinggal, kita hanya 15 persen (sekolah) yang partially open," tutur Nadiem kepada media tersebut. 

Selain itu, dia juga mengungkapkan salah satu dampak dari pandemi adalah banyaknya anak putus sekolah karena harus membantu keuangan keluarga. Menurutnya, satu tahun sekolah daring terlalu lama. 

"Apa saja dampaknya? Ini dampak riil dan dampak permanen yang bisa terjadi, anak itu putus sekolah karena anak harus bekerja, ini riil yang terjadi di lapangan," kata Nadiem Makarim kepada salah satu media online nasional. 

Selain itu, sekolah daring juga menyebabkan penurunan capaian belajar. Kesenjangan pun semakin lebar karena perbedaan akses dan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, dia menekankan penting sekali untuk melakukan program pembelajaran tatap muka secepatnya. 

2 dari 2 halaman

Sekolah Harus Sanggup

Ilustrasi Sekolah Credit: freepik.com

Dia juga menegaskan, usai vaksinasi ini rampung, semua sekolah wajib memberikan opsi belajar tatap muka. Meskipun hanya dua hari tatap muka dalam seminggu, namun opsi tetap harus ada dan sekolah harus menyanggupinya. 

Pemerintah berencana membuka sekolah pada Juli 2021. Namun, guru khawatir akan keamanan dan juga kesehatan para tenaga kerja serta murid. 

#elevate women