Fimela.com, Jakarta Pengguna Twitter sepertinya sudah tidak asing dengan istilah 'Spill The Tea'. Jika diartikan 'Spill The Tea' bermakna 'Menumpahkan Teh' atau secara istilah dapat diartikan sebagai kondisi meminta fakta dari gosip yang beredar. Spill the tea ini biasanya dijumpai pada thread atau utas di media sosial Twitter tentang berbagai permasalahan dan yang tengah marak saat ini adalah kasus kekerasan seksual.
Seperti yang terjadi pada awal Agustus 2020, media Twitter digemparkan dengan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang youtuber kepada si A (korban). Kemudian, dari kasus ini, salah satu akun Twitter (yang mengaku teman korban) membuat utas hingga menguak identitas asli dari si korban degan tujuan agar si pelaku mau bertanggung jawab atas perbuatannya.
Namun yang terjadi malah sebaliknya, si A (korban) malah dibanjiri dengan komentar negatif pada akun sosial medianya, yang cenderung memojokkannya bahkan bersifat kekerasan. Walaupun banyak juga yang mendukung, namun komentar negatif yang diterima tentu akan membuatnya semakin terpuruk, di mana ia disalahkan karena pakaian yang dinilai seksi dan ia dianggap sebagai perempuan murahan.
Spill the tea, biasanya digunakan untuk menyuarakan sikap atau perlawanan terhadap sesuatu atau seseorang yang merugikan sehingga diharapkan bisa membuat jera seseorang tersebut. Namun dalam kasus kekerasan seksual, terkadang seseorang lupa bahwa kemanan dan kenyamanan korban adalah hal yang utama, karena sangat tidak mudah bagi mereka berada dalam posisi tersebut.
Jadi, agar menjadi pertimbangan, berikut adalah beberapa dampak negatif dari spill the tea pada korban kekerasan seksual di media sosial. Yuk! Langsung saja simak ulasan berikut ini.
What's On Fimela
powered by
Mudah untuk Dimanipulasi
Beberapa kasus dari kekerasan seksual yang kemudian dibuatkan thread di beberapa media sosial sehingga menyebabkan identitas korban terkuak ke publik, malah tidak menyelesaikan masalah karena manipulasi dari pihak-pihak tertentu yang merasa dirugikan. Pihak yang tidak terima akan kasus ini bisa jadi membuat publik berbalik arah agar tidak mendukung si korban.
Biasanya untuk membuat korban semakin jatuh, akan dibuatkan opini tandingan untuk memojokkannya, sehingga yang benar terlihat salah dan yag salah terlihat benar. Sehingga bagi korban kekerasan seksual yang identitasnya sudah diketahui publik akan sangat mudah menerima kekerasan dari pengguna media soaial lainnya, seperti dikatakan perempuan penggoda, disalahkan karena pakaiannya, bahkan terkadang dihina secara fisiknya.
Menjadi Target Kekerasan Seksual Lainnya
Menjadi korban kekerasan seksual yang disebarkan identitasnya ke dalam media sosial akan semakin rentan membuat orang tersebut menjadi target berbagai bentuk pelecehan verbal lainnya. Sebab, orang lain akan mencari informasi pribadinya seperti akun media sosialnya dan akan dengan mudah menjadi sasaran kekerasan seksual secara online dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Banyak perempuan menggambarkan pengalaman bermasalah karena menjadi sasaran strategis di berbagai platform, gambar mereka dimanipulasi untuk dipermalukan dan membuat mereka seksual atau bahkan mereka menerima ancaman dari orang lain.
Berpotensi Mendapat Kekerasan Secara Offline
Saat korban kekerasan seksual dibeberkan identitas aslinya maka ancaman dan pelecehan tidak hanya akan berpotensi secara online, tetapi memengaruhi keselamatan si korban saat offline. Bagi banyak perempuan dalam kehidupan publik, yang mendapat ancaman kekerasan online dapat membuat mereka takut akan keamanan fisik saat offline dan pada akhirnya membahayakan kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan.
Bahkan, hal terparah yang bisa terjadi pada korban kekerasan seksual yang sudah tersebar identitasnya, ia kadang akan dipaksa untuk meninggalkan posisi publik mereka, seperti dipecat dalam pekerjaan mereka atau akan susah mendapatkan pekerjaan yang layak, karena reputasinya sudah tercemar dengan pemberitaan buruk dan ia pun akan dinilai buruk oleh masyarakat.
Sebaiknya, jika kamu mengetahui tentang adanya kekerasan seksual di sekitarmu, jangan hanya diam saja. Rangkullah korban dan usahakan untuk menenangkannya, jika ia ingin bercerita usahakan untuk membagikan informasi pada orang terdekat yang dipercaya atau berkonsultasi dan meminta perlindungan pada LSM yang memiliki kosentrasi dalam mencegah kekerasan pada perempuan. Semoga bermanfaat.
#ElevateWomen