Fimela.com, Jakarta Setiap tahun, zaman, atau generasi pasti memiliki sebuah tren bagi orang-orang yang hidup dan tumbuh berkembang di eranya. Baik itu tren fashion, makeup, hingga dekorasi rumah. Tak terkecuali era 20-an hingga 80-an yang memiliki tren kental dan terkenal hingga saat ini. Sebut saja cara berpakaian vintage dan retro yang dewasa ini kembali naik ke permukaan.
Lebih dari itu, ada segelintir orang yang jatuh cinta dan menjadikan vintage lifestyle sebagai identitasnya. Seperti yang dilakukan oleh para perempuan kece dari Komunitas Indo Pinups, komunitas penggemar budaya dan lifestyle Amerika jadul, misalnya. Nama Pinups sendiri diambil dari sebutan para perempuan yang didapuk sebagai model iklan untuk berbagai tujuan.
Kepada FIMELA, Descha Muchtar, salah satu pendiri Indo Pinups menceritakan soal komunitas garapannya tersebut lewat surat elektronik. "Indo Pinups berdiri 2015. Awalnya, saya dan teman saya dari Surabaya bernama Emelia Weldon bikin komunitas ini agar penyuka vintage lifestyle di Indonesia punya wadah buat sharing," jelas Descha.
Ia mengatakan bahwa salah satu acara di Gelora Bung Karno menjadi titik awal berkembangnya Indo Pinups. "Waktu itu ada acara Indonesia Greaser Party di Gelora Bung Karno, Senayan, itu jadi event pertama kami. Dibantu publikasi dari panitia dan Bli Jerinx dari Superman Is Dead, makanya jadi banyak yang tau dan datang dan bergabung," imbuh perempuan yang suka didandani ala Twiggy di masa kecilnya ini.
What's On Fimela
powered by
Seperti komunitas pada umumnya, Indo Pinups juga memiliki kegiatan offline antar sesama nggota. Kopi darat adalah salah satunya. Namun, selama pandemi, kegiatan beralih menjadi daring. "Sebelum pandemi kita suka ada Pin-up Gathering di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Bali, tapi semenjak pandemi yaudah online aja paling bikin Zoom atau Instagram Challenge," kata Descha.
Di Indo Pinups, tidak hanya fashion saja yang menjadi concern-nya, melainkan beauty dan daily lifestyle juga. "Vintage lifestyle bukan vintage value ya, karena kalau vintage value rasismenya tinggi sekali, oiya rata-rata style harian kami juga vintage, dari yang benar-banar authentic vintage maupun retro (produksi baru tapi modelannya vintage), " kata Descha dengan tegas.
Untuk memperluas dan memperkuat jaringan, Indo Pinup tidak hanya memiliki cabang di banyak kota di Indonesia, melainkan juga berafiliasi dengan komunitas Pinups di negara lain. Bahkan, Descha dan founder komunitas Belgian Retro Divas (komunitas Belgia) mendirikan World Pin-up Community.
"Iya dong, kami berafiliasi dengan komunitas pinups lain di negara lain. Ada kegiatan bareng seperti vintage challenge atau Zoom bareng. Saya pribadi juga pernah mengisi rubrik di The Vintage Woman Magazine dan menjadi salah satu finalis untuk cover challenge-nya yang ke 4," jelas ibu satu anak yang familiar dengan film dan lagu 50s-60s di masa kecilnya ini.
"Bulan Januari lalu, saya dan founder Belgian Retro Divas bernama Ester mendirikan World Pin-up Community, kami berharap dapat menjadi wadah untuk komunitas-komunitas Pinup seluruh dunia. Sampai hari ini, Indonesia, Belgia, Australia, Malaysia, Singapore, Rusia, dan Amerika sudah join," tambah perempuan yang bekerja sebagai psychotherapist ini.
Menurut Descha, Indo Pinups di Instagram terbuka untuk siapa saja, tidak terbatas di kalangan perempuan saja. Namun, untuk di grup WhatsApp, mereka memang mengkhususkan untuk perempuan saja. "Yang kami maksud dengan perempuan adalah semua perempuan termasuk transpuan adalah perempuan," tandas Descha.
Tertarik untuk bergabung dengan Indo Pinups? Kepoin mereka lewat Instagram @indopinups sebelum gabung ke WhatsApp group-nya.