Fimela.com, Jakarta Tulisan kiriman Sahabat Fimela.
***
Oleh: Reni Fitriani
Setelah ayah anak-anak meninggal, aku baru sadar cuma anak-anak yang tersisa. Aku tidak punya karier apalagi uang warisan yang banyak. Tapi aku bersyukur kami masih tinggal seatap di rumah peninggalan almarhum.
Tidak mudah melewati lelah fisik dan mental melanjutkan hidup dengan normal lagi. Tapi anak-anak membuatku ingin terus hidup. Mereka cuma ingin denganku, meski uangku pas-pasan. Mereka begitu pengertian setelah 16 bulan ayahnya meninggal ikut mengontrak di tempat yang jauh dari nyaman dibandingkan dengan rumah ayahnya.
Dua setengah tahun baru kami kembali lagi ke rumah. Setelah aku berdamai dengan diri sendiri. Setelah aku memaafkan diri sendiri dan orang lain yang menyakitiku.
Cuma anak-anak yang mencintai dan menerimaku dengan tulus dan apa adanya. Bukan laki-laki yang potensial untuk pengganti ayah mereka.
Anak-Anak Menjadi Sumber Kekuatan Terbesarku
Kami seperti teman hidup saling menjaga dan menyayangi satu sama lain. Saling merawat dan mengasihi satu sama lain. Tak ada playing victim, tidak mudah tapi berusaha kami jalani.
Dulu aku merasa pincang, berbeda dengan orang lain. Menarik diri tidak ingin terlihat. Namun kini dengan statusku tidak ada yang kusesali. Alhamdulillah kami masih hidup, masih ada tempat berteduh yang kokoh, masih ada gaji meski pas-pasan. Masih bisa bayar-bayar dan belanja bulanan.
Tanpa harus mengurangi kenyamanan karena tinggal dengan orang asing yang belum tentu cocok untuk kami. Yang belum tentu mau berbagi dengan kami dan menambah masalah baru yang tidak ada solusinya.
Semoga waktu cepat berlalu. Anak-anak cepat besar dan mandiri. Bisa menemukan kasih yang hilang dengan cinta yang lain. Fatherless saat kecil tidak kuganti dengan kekhawatiran. Semoga lelah ini cepat berlalu dan aku bisa segera pensiun. Menikmati waktu yang tersisa tanpa menghawatirkan apapun.
Love you two kids. You are everything for me.
#ElevateWomen