Bosan dengan Pertanyaan, Kapan Nikah? Ternyata Ini 5 Alasan Perempuan Belum Mau Menikah

Baiq Nurul Nahdiat diperbarui 09 Mar 2021, 11:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Ada anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan jika sudah memasuki usia tertentu harus menikah dan berkeluarga. Padahal pernikahan merupakan kebebasan individu dan tidak bisa dipatok dari umur saja, karena banyak sekali pertimbangan seseorang dalam menjalaninya, seperti kesiapan mental, ekonomi, reproduksi dan sebagainya.

Agar tidak selalu memojokkan perempuan dengan pertanyaan seperti, “kapan nikah?” Berikut ini adalah beberapa alasan perempuan belum mau berkomitmen dalam pernikahan. Selengkapnya, simak ulasan berikut ini.

Fokus pada Karier

Beberapa perempuan pada umumnya lebih berorientasi pada karier. Pernikahan dan komitmen jangka panjang dapat menghabiskan banyak waktu dan perhatian, dan beberapa orang tidak tertarik untuk membagi energi mereka antara pekerjaan dan percintaan.

Ini tidak berarti memilih karier atau menikah selalu merupakan upaya yang eksklusif untuk memisahkan kedua hal tersebut. Misalnya, di masa lalu, perempuan diharapkan untuk menikah alih-alih memiliki karier. Jadi hari ini, beberapa dari mereka mungkin memilih kehidupan yang lebih berpusat pada karier sebagai cara untuk melawan stereotif tersebut.

2 dari 3 halaman

Pengalaman yang Buruk

Ilustrasi/copyright shutterstock/structuresxx

Bagi sebagian perempuan, kurangnya kesuksesan dalam hubungan jangka panjang dapat membuat komitmen seumur hidup tidak menarik. Bagi mereka yang kesulitan mempertahankan hubungan yang sehat, mengikat dirimu dengan orang lain secara legal bisa jadi menakutkan. Sebagai alternatif, beberapa orang mungkin telah menyaksikan banyak pernikahan yang gagal di sekitar mereka, misalnya, memiliki orang tua dengan pernikahan yang bermasalah. Sehingga membuat pernikahan tampak kurang menarik.

Kurang Setuju dengan Konsep Pernikahan

Institusi perkawinan yang tertanam dalam sejarah heteropatriarkal dan banyak diyakini di dalam masyarakat hingga sekarang, bahwa perempuan dianggap sebagai milik ayah atau keluarganya yang akan diberikan sebagai imbalan atas sumber daya dan status. Dalam pernikahan, perempuan berubah dari milik ayahnya menjadi milik suaminya.

Bahkan pernikahan modern memiliki pengaruh patriarki yang masih ada, termasuk tradisi ayah memberikan pengantin perempuan kepada suami, istri mengambil nama belakang suami, dan pernikahan diperlakukan sebagai penanda kesuksesan di kalangan perempuan. Bagi sebagian perempuan, konsep pernikahan yang terlalu patriarkis ini dinilai kurang menarik.

3 dari 3 halaman

Belum Stabil secara Finansial

Tantangan perempuan dalam berkarier./Copyright shutterstock.com

Beberapa perempuan tidak mampu menanggung risiko finansial besar yang terlibat dalam pernikahan. Ada juga contoh di mana beberapa merasa tidak nyaman menghubungkan keuangan mereka dengan orang lain, kemungkinan karena kredit, pertimbangan pajak, atau masalah lainnya. Jika dalam pernikahan, ada salah satu pasangan yang masih bergantung pada yang lain akan sangat rentan menjadi masalah dalam aspek ekonomi keluarga.

Pernikahan Bukanlah Ambisi

Beberapa perempuan terbuka untuk menikah tetapi tidak secara aktif menjadikannya sebagai tujuan hidup. Bagi perempuan yang belum menikah, itu tidak berarti bahwa mereka secara aktif menentang pernikahan. Dengan kata lain, jika mereka menemukan diri mereka dalam hubungan yang bermakna dengan seseorang yang ingin menikah, mereka akan bersedia melakukannya. Namun sebaliknya, pernikahan bukanlah tujuan atau ambisi yang harus dikejar.

Pernikahan adalah kebebasan setiap orang, baik pria maupun perempuan. Pernikahan tidak selalu tentang umur atau kecocokan dengan pasangan, namun banyak hal yang harus dipersiapkan di dalamnya. Jadi saat seseorang memilih enggan untuk menikah atau belum mau menikah, biarkanlah ia berbahagia dengan pilihannya.

#ElevateWomen