Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
***
Oleh: A
Bicara soal cinta tidak pernah ada habisnya. Setiap orang punya definisinya sendiri tentang makna cinta. Para penyair, seniman, dan penulis pun tidak pernah bosan menafsirkan cinta. Bentuknya bermacam, ekspresinya pun beragam. Namun, meski saya sendiri adalah penikmat kisah cinta, saya tidak pernah percaya ada cinta di luar sana untuk saya. Saya percaya bahwa hal sekompleks cinta bukanlah sesuatu yang akan menghampiri saya yang bahkan kesulitan untuk mencintai diri saya sendiri. Sampai saya bertemu dengannya.
Pertemuan pertama dengannya hanya berlangsung beberapa saat, dari kejauhan, tetapi senyuman dan pembawaan kikuknya sudah berhasil menancapkan kesan di hati saya. Sebenarnya dibilang pertemuan pun terlalu sepihak, karena pada saat itu dia sendiri tidak menyadari keberadaan saya di tengah puluhan pasang mata mahasiswa baru berkostum konyol khas masa orientasi yang menatapnya. Tidak sampai beberapa tahun berikutnya akhirnya kami benar-benar “bertemu” dan dia menyadari keberadaan saya.
Meskipun kami mengambil prodi yang sama dan hanya berbeda satu angkatan, tak satu kalipun kami pernah bertemu setelah masa orientasi itu. Tidak di lorong-lorong kampus, tidak di dalam kelas, tidak juga di kantin kampus. Pertemuan kami berikutnya justru terjadi ketika dia telah lulus dan membantu dosen pembimbingnya menjadi asisten praktikum di sebuah kelas yang terkenal dengan materinya yang sulit dan abstrak. Sebuah kelas yang saya ambil hanya untuk memenuhi kebutuhan kredit mata kuliah dan juga utamanya karena dosennya terkenal murah hati memberikan nilai meskipun materinya sulit dimengerti.
Melihatnya berdiri di depan kelas, membuat letupan rasa yang sempat terlupa selama beberapa tahun muncul kembali. Alih-alih memerhatikan penjelasannya saat menjelaskan materi, pikiran saya saat itu sibuk bertanya-tanya apakah hatinya sudah ada yang punya atau tidak.
Sikap kikuk dan penjelasannya yang yang sulit dipahami justru membuat saya gemas ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Sebuah rasa penasaran yang telah lama tidak saya rasakan. Namun, saya bukanlah seorang yang percaya diri yang bisa dengan mudahnya mendekati seseorang hanya karena ada percikan rasa di dalam dada. Meskipun saya mendapatkan kesempatan bertemu dengannya sekali seminggu, saya tidak melakukan apa pun untuk mendekatinya, dan hanya menyimpan kupu-kupu di perut bagi diri saya sendiri.
Tapi, siapa sangka, dalam sebuah percakapan insidental antara para mahasiswa lainnya selepas kelas yang baru usai, dia tiba-tiba memutuskan untuk nimbrung dan bercengkerama dengan para juniornya. Sebuah momen yang memberikan saya kesempatan untuk membuka pintu menuju hatinya. Berawal dari obrolan kasual saat itu, kami menemukan persamaan hobi yang menjadi alasan kami untuk terus berkomunikasi melalui media sosial saat itu.
Mencintai dengan Setulus Hati
Terdengar seperti awal kisah cinta anak muda yang mendebarkan, ya? Tapi seperti yang saya bilang sebelumnya, saya tidak percaya ada orang yang mampu mencintai saya apa adanya. Mencintai setiap kemilau sekaligus cela dalam diri. Karena insecurities yang tidak terhitung jumlahnya itu membuat saya bertahan dalam benteng yang saya bangun sendiri. Membangun jarak kedekatan yang sekiranya saya anggap “aman”. Menempatkan dia dalam posisi yang dekat, sekaligus jauh. Saya saat itu hanya memikirkan diri sendiri dan bagaimana supaya diri saya tidak terluka.
Tentu saja sikap seperti ini tidak butuh waktu lama untuk sama-sama melukai kami berdua. Dia terluka karena setiap kali mengambil satu langkah mendekat, saya mendorongnya hingga jatuh dalam kubangan. Dan setiap kali dia terlihat ingin berbalik badan, alih-alih berusaha menahan, saya justru menutup mata dan seolah menjadikannya pembenaran bahwa memang seperti inilah akhir yang cocok untuk diri saya sendiri. Melukai diri sendiri dan menangisi kebodohan dalam kesendirian.
Meskipun sulit memercayai bahwa diri ini layak dicintai, pria kikuk yang tidak pandai berkata-kata itu tetap kembali meskipun berkali-kali saya dorong menjauh. Hingga akhirnya pada suatu titik, saya menyadari ketulusannya dan kebodohan saya selama ini yang merendahkan diri sendiri, yang memandang diri begitu hina hingga terlihat tidak masuk akal ketika seseorang datang menawarkan cinta. Dia satu-satunya manusia yang pernah saya temui, yang berhasil membuat saya menyadari, bahwa saya layak dicintai, sebuah rasa hangat dan penerimaan yang bahkan tidak saya rasakan dari keluarga saya sendiri.
Apakah kisah cinta saya sempurna layaknya Cinderella yang menemukan pangerannya? Tentu saja tidak. Dalam setiap tahun-tahun kebersamaan kami, ada saja tantangan dan kerikil yang muncul. Namun, meski begitu, tatapan teduh pria bertubuh kurus yang tidak banyak menuntut itu membuat saya selalu punya kekuatan untuk mempertahankan, memperbaiki, dan belajar mencintainya dan diri sendiri dengan lebih sehat dan hangat.
Untukmu, yang mungkin juga sulit memercayai dirimu pantas direngkuh cinta yang sejati, percayalah bahwa Allah menciptakan setiap hamba-Nya berpasang-pasangan, dan suatu saat nanti, entah esok atau mungkin hari ini, kau akan menemukannya. Seseorang yang akan membuatmu percaya cinta itu ada dan bahkan dirimu pun pantas mendapatkannya. Seseorang yang membawa cinta yang membuat dirimu terpacu untuk menjadi manusia yang berbeda, manusia yang mencintai dirinya sendiri sekaligus membuka ruang seluas-luasnya untuk memperbaiki diri.
Dan untukmu, suamiku yang sukses “kujebak” seumur hidup bersamaku, kau mungkin bukanlah pria paling romantis sedunia, dan kita bukanlah orang yang gemar bertukar kata cinta, tapi dalam kebersahajaanmu aku tahu tidak ada yang mencintaiku lebih besar darimu, dan kau harus tahu, bagiku kau adalah definisi dan makna cinta itu sendiri.
Terima kasih telah mencintaiku dan mengajarkanku cara mencintai.
#ElevateWomen