Fimela.com, Jakarta Kencan online adalah tantangan bagi semua oang, terutama jika kamu memiliki kecacatan. Stigma sosial, diskriminasi, dan pertanyaan yang mengganggu hanya bagian dari upaya untuk menemukan pasangan yang sempurna.
Faith Martin adalah pengguna kursi roda berusia 19 tahun dan ia menceritakan pengalamannya tentang kencan online dengan celebral palsy. Faith menderita celebral palsy sejak lahir, akibat kekurangan oksigen saat dilahirkan.
Faith tidak bisa berjalan dan menggunakan kursi roda sepanjang waktu. Celebral palsy adalah suatu kondisi yang berkembang sebelum, selama, atau sesudah kelahiran akibat kerusakan otak yang memengaruhi gerakan dan koordinasi.
Meskipun kondisinya tidak progresif, artinya tidak akan memburuk seiring berjalannya waktu, mengalami celebral palsy berarti ia harus beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari karena kurangnya akses dan terlalu banyak prasangka tentang disabilitas, inilah sebabnya melakukan kencan online bisa rumit. Faith mulai kencan online saat ia merayakan ulang tahun ke 18.
Dalam keadaan mabuk, Faith tidak membiarkan teman-temannya membuatkannya profil di aplikasi kencan online Tinder. Tanpa banyak berpikir, Faith tanpa henti menelusuri banyak profil anak laki-laki yang ia yakin tidak akan pernah memilihnya.
Awal mula Faith mendapatkan kalimat pembuka paling buruk saat kencan online
Setelah beberapa saat, Faith mengobrol dengan lebih banyak orang dan mulai menjadi lebih percaya diri. Ia merasa tidak ada yang keberatan dengan keadaannya yang cacat.
Sampai Faith bertemu seseorang yang mengirimkan kalimat pembuka terburuk dalam sejarah hidupnya. "Maaf, aku tidak menyadari kamu menggunakan kursi roda. Secara pribadi, aku tidak akan mengencanimu."
Lalu, Faith mulai memperhatikan lebih banyak reaksi orang-orang saat melihat profilnya dan jika ia boleh memberikan saran, pertanyaan tentang seks di awal tidak akan pernah menjadi cara yang menyenangkan untuk memulai percakapan. Pertanyaan mengganggu dari orang asing adalah hal yang biasa dihadapi oleh Faith.
Disabilitas dipandang sebagai hal negatif. Faith tidak membutuhkan pengasuh, ia bisa melakukan segala hal sendiri.
Menurut Faith, kesalahpahaman terbesar dari orang-orang adalah memandang penyandang disabilitas tidak bisa melakukan hal-hal biasa, seperti keluar rumah untuk menikmati akhir pekan. Kurangnya pendidikan menjadi faktor reaksi beberapa orang, jelas bahwa masih banyak orang yang tidak cukup berpengetahuan tentang disabilitas.
Faith memutuskan berhenti menggunakan aplikasi kencan online
Faith menjalani hidup yang cukup sibuk, sebelum pandemi, ia menghadiri berbagai konser di tempat-tempat lokal atau sekedar nongkrong bersama teman-temannya. Intinya, Faith adalah perempuan yang mandiri, ia tidak membutuhkan pengasuh untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari/
Faith berharap orang lain bisa lebih sadar tentang bagaimana penyandang disabilitas menjalani kehidupan yang biasa, pandanglah mereka seperti mereka memiliki tubuh yang sehat. Pengalaman kencan online yang dialami Faith tidak semuanya sangat buruk, ia beberapa kali kencan dengan orang-orang yang benar-benar tidak keberatan dengan celebral palsy, namun menemukan seseorang untuk hubungan yang nyata, tidak semudah itu.
Faith telah mencoba beberapa aplikasi kencan online dan menerima pertanyaan canggung yang memalukan, serta tak ada habisnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk berhenti, walaupun bagi kebanyakan orang, aplikasi kencan online dapat diakses dengan lebih mudah bagi mereka yang memiliki keterbatasan, bagi Faith, itu adaalah ladang ranjau.
Penyandang disabilitas tidak menginginkan belas kasihan, mereka menginginkan hubungan yang nyata dan tulus. Apa kamu juga setuju, Sahabat FIMELA?
#Elevate Women