Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
***
Oleh: Shinta Tri Yuliasari
Usiaku sekarang sudah 33 tahun, sudah cukup matang untuk menikah. Tapi, aku merasa belum cukup siap untuk melakukannya. Apa mungkin aku terlalu santai? Toh jodoh setiap orang datang di saat yang berbeda-beda. Tapi, beberapa hari ini jadi kepikiran.
Ada masa saat ayah dan ibuku seolah memojokkan, membandingkan aku dengan gadis seusiaku yang notabene sudah menikah dan punya anak. Tapi aku? Tiap hari hanya bergulat dengan kerjaan dan gadget. Punya anak juga anak kucing. Jangankan calon suami, pacar saja tidak ada.
Lagipula, kehidupan tidak akan berhenti setelah kita menikah. Menikah itu bukanlah akhir dari perjalanan cinta karena perjalanan cinta yang sebenarnya akan dimulai ketika sama-sama berusaha saling mengerti dan memahami. Menyatukan dua pikiran, dua keluarga. Apa yang selama ini terlihat baik bisa saja berubah, lalu saat itulah cinta akan diuji. Apakah kita akan tetap mencintai pasangan atau lebih memilih mundur dan memutuskan hubungan?
Mungkin sifatku sekarang juga berhubungan dengan aku di masa lalu. Ada masa saat aku sangat membenci diriku. Saat SMA, aku sangat suka belajar dan tidak terlalu mempedulikan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Aku seharusnya pacaran kala itu. Tapi, apa ya... Melihat pengalaman teman-temanku yang disakiti pacarnya membuatku berpikir seribu kali untuk pacaran. Apa untungnya pacaran kalau kamu harus galau setiap hari? Mungkin aku memang terlalu takut. Aku takut disakiti. Aku takut kecewa. Aku takut sedih. Aku takut semuanya.
Tetap Semangat sebagai Pejuang Cinta
Mungkin aku memang aneh. Ditanya seperti apa pun, aku tidak yakin bisa menjawab pertanyaan "Kapan nikah?" Aku hanya menggeleng sambil cengar-cengir. Aku tidak lagi merasa bahwa itu sesuatu yang mendesak. Semua aku serahkan kepada Tuhan. Aku hanya berharap bisa berbakti kepada orang tuaku semaksimal mungkin. Membahagiakan mereka sampai nanti saatnya mereka dipanggil Yang Maha Kuasa.
Aku juga ingin menikah. Serius. Tapi mungkin aku akan menunggu beberapa saat agar kondisi finansial dan mentalku siap. Terburu-buru mengambil keputusan itu tidak baik, terlalu lama juga tidak baik.
Sekarang, aku akan mencoba memperbaiki diri dulu saja sambil menunggu calon pasangan yang dipersiapkan Tuhan untukku. Perbanyak berdoa, perbanyak sedekah, perbanyak kebaikan, perbanyak teman juga. Mungkin instal aplikasi pencarian pasangan juga bisa jadi alternatif. Siapa tahu, jodohku juga sedang melakukan hal yang sama. Selalu berpikir positif, karena kamu tidak akan pernah tahu kejutan apa yang sudah Tuhan persiapkan untuk kamu yang berusaha menemukan belahan jiwa. Buat semua pejuang cinta di luar sana, tetap semangat!
#ElevateWomen