Kisah Cintaku Berawal di Bulan Juli, Teman KKN Ternyata Jodohku

Endah Wijayanti diperbarui 04 Mar 2021, 10:37 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.

***

Oleh:  Irhamna Mjamil

Dulu aku percaya sekali dengan lelaki. Sayangnya kepercayaan itu malah dikhianati berulang kali. Pengkhianatan itu membuat aku tak mau lagi menjalani hubungan pacaran dan memutuskan untuk fokus kuliah. 

Saat semester 6, aku pun mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Aku ditempatkan di satu desa yang jauh dari ibu kota. Tak kusangka ternyata di KKN aku jatuh cinta dengan seorang lelaki. Lelaki yang sebentar lagi akan menjadi pelabuhan terakhirku. 

Aku memanggilnya Lelaki Bulan Juli. Lelaki Bulan Juli adalah sebutan untuknya. Pertemuan pertama kami di bulan Juli adalah alasannya. Saat pembekalan KKN, ia berdiri di depanku dan mengulurkan tangan untuk berkenalan. Aku membalas uluran tangan itu dan dengan cepat menariknya kembali.  

2 dari 2 halaman

Belahan Jiwaku

ilustrasi./copyright by bedya (Shutterstock)

Bertemu dengan lelaki yang sifatnya berbanding terbalik denganku ternyata menyenangkan. Aku yang suka memendam perasaan berbeda sekali dengan ia yang blak-blakan. Ia blak-blakan memujiku di hadapan banyak orang. Ia juga sering mengejekku di hadapan penduduk desa tempat kami KKN. 

Badanku yang gemuk sering diejeknya dengan sebutan "bengkak". Anehnya aku tak tersinggung sama sekali karena nada bicaranya lucu. Ia juga sering merayu namun, nada bicaranya lucu dan khas sehingga bukan kesal malah aku tertawa. 

Aku mulai jatuh cinta dengannya setelah selesai KKN. Perjalanan kami memang tak semuanya bahagia, kadang kala kami juga bertengkar. Aku yang lebih sering salah paham dan memicu pertengkaran. 

Menetapkannya sebagai pelabuhan terakhir. Dulu aku pernah bertanya, "Bagaimana sih seseorang yakin lelaki yang dipilihnya adalah pelabuhan terakhir?" Kini aku berhasil menemukan jawabannya. Di hari wisuda aku sudah yakin dia adalah pelabuhan terakhir. 

Saat aku wisuda dia membelikanku bantal dan boneka kecil yang ditotal harganya hanya 80 ribu rupiah. Nominal yang kecil dibandingkan dengan kado yang diberikan teman-temanku. Ternyata di balik nominal yang kecil ada perjuangan besar. 

Malam sebelum aku wisuda, dia mengecat dinding salah satu toko buku. Ia pun diberi upah seratus ribu rupiah. Delapan puluh ribunya ia gunakan untuk membeli kado wisudaku. Di tengah susahnya kuliah dengan biaya sendiri, ia tetap ingin memberikan hadiah di hari wisudaku. Tindakannya membuat aku sangat terharu. Sejak saat itu aku yakin sudah bertemu dengan lelaki yang tepat.

Kini kami sedang mempersiapkan pernikahan. Ia pun bekerja keras dua kali lipat dari biasanya, agar nanti aku tidak kelaparan dan selalu bahagia di dekatnya. Ah, Lelaki bulan Juli, terima kasih ya sudah berjuang untuk selalu membuatku bahagia. Semoga rencana pernikahan kita berjalan lancar nantinya.   

#ElevateWomen