Fimela.com, Jakarta Richard Weissbourd, seorang psikolog asal Harvard ingin membantu mengajarkan orang tua mendidik anak menjadi sosok yang baik. Menurut sebuah studi yang pernah dilakukan oleh Richard, sekitar 80% remaja mengatakan bahwa orang tua mereka lebih peduli dengan pencapaian atau kebahagiaan mereka, daripada apakah anak tersebut memiliki kepeduliaan kepada orang lain.
Sejumlah besar anak yang diwawancarai untuk studi ini juga setuju bahwa orang tua mereka lebih bangga jika mereka mendapatkan nilai bagus di kelas, daripada jika mereka adalah anggota masyarakat yang peduli di kelas dan sekolah. Berangkat dari hasil studi ini, Richard memberikan rekomendasi cara mendidik anak menjadi orang dewasa yang penuh perhatian, hormat, dan bertanggung jawab, seperti dilansir dari washingtonpost.com.
1. Prioritaskan perhatian pada orang lain
Orang tua cenderung memprioritaskan kebahagiaan dan prestasi anak mereka daripada, kepeduliaan anak mereka terhadap orang lain. Namun, anak perlu belajar untuk menyeimbangkan kebutuhan mereka kebutuhan orang lain.
Anak perlu mendengar dari orang tua bahwa merawat orang lain adalah prioritas utama. Sebagian besar dari itu adalah menahan anak pada ekspektasi etis yang tinggi, seperti menghormati komitmen mereka, bahkan jika itu membuat mereka tidak bahagia.
What's On Fimela
powered by
2. Memberi kesempatan anak untuk melatih kepedulian dan rasa syukur
Tidak ada kata terlambat untuk menjadi orang baik, namun itu tidak akan terjadi dengan sendirinya. Anak perlu berlatih merawat orang lain dan mengungkapkan rasa terima kasih pada mereka yang merawat mereka dan berkontribusi pada kehidupan orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki kebiasaan mengungkapkan rasa syukur lebih cenderung membantu, murah hati, penuh kasih sayang, dan pemaaf, mereka juga cenderung bahagia dan sehat. Bantu anak belajari menjadi perhatian dalam beberapa pekerjaan, seperti memainkan alat musik atau olahraga.
Pengulangan harian, seperti membantu pekerjaan rumah akan membentuk kepedulian anak sebagai sifat kedua dan mengembangkan, serta mengasah kapasitas pengasuhan remaja. Mempelajari rasa syukur juga membutuhkan latihan yang teratur.
3. Memperluas lingkaran perhatian anak
Hampir semua anak peduli pada lingkaran kecil keluarga dan teman mereka. Tantangannya adalah membantu anak belajar untuk peduli dengan seseorang di luar lingkaran itu, seperti anak baru di kelas, seseorang yang tidak bisa berbicara bahasa mereka, pejaga sekolah, atau seseorang yang tinggal di negara jauh.
Anak perlu belajar untuk memperbesar, dengan mendengarkan secara dekat dan memperhatikan orang-orang di lingkaran terdekat mereka, dan untuk memperkecil, dengan mengambil gambaran besar dan mempertimbangkan banyak perspektif orang yang berinteraksi dengan mereka setiap hari, termasuk mereka yang rentan. Anak juga perlu mempertimbangkan cara kerja mereka dalam memutuskan sesuatu.
4. Jadilah teladan moral dan mentor yang kuat
Anak mempelajari nilai etika dengan mengamati tindakan orang dewasa yang mereka hormati. Mereka juga mempelajari nilai dengan memikirkan dilema etika dengan orang dewasa.
Menjadi teladan moral dan mentor berarti kamu perlu mempraktikkan kejujuran, keadilan, dan kepedulian pada diri sendiri, namun tidak berarti harus selalu sempurna. Agar anak menghormati dan mempercayaimu, kamu perlu mengakui kesalahan dan kekuranganmu, menghormati pemikiran dan mendengarkan anak untuk perspektif mereka, tunjukkan pada anak bagaimana kamu ingin mereka melibatkan orang lain.
5. Membimbing anak dalam mengelola perasaan yang negatif
Seringkali kemampuan untuk merawat orang lain diliputi oleh amarah, rasa malu, iri hati, dan perasaan negatif lainnya. Kamu perlu mengajari anak bahwa semua perasaan tidak masalah. Anak membutuhkan bantuanmu untuk belajar mengatasi perasaan ini dengan cara yang produktif.
#Elevate Women