Terdampak Pendemi Covid-19, Bar di Thailand Kini Berjualan Dimsum dan Es Krim

Anisha Saktian Putri diperbarui 15 Mar 2021, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Botol black liquid berjejer di bar, tempat koktail biasanya dibuat dengan gin berbeda dari seluruh dunia.  Tapi di masa pandemi covid-19 ini berubah, bisnis bar tersebut berubah menjadi kedai biasa di jalanan untuk menjual dimsum hingga menjual es krim.

Pemerintah Thailand melakukan berbagai langkah tegas untuk menanggulangi pandemi.  Ini termasuk perintah untuk menutup pub dan bar dan larangan konsumsi alkohol di restoran-restoran di daerah yang berisiko infeksi.

Melansir Channelnewsasia.com, Bangkok termasuk di antara provinsi yang terkena dampak.  Pengumuman itu dibuat pada 1 Januari larut malam oleh gubernur kota sebelum diberlakukan keesokan harinya.

Bagi Niks, yang memiliki tiga bar cocktail di Bangkok, rasanya seperti menganggur tanpa kompensasi apapun.  Sementara karyawannya dibayar kompensasi dari Dana Jaminan Sosial, pemilik bisnis terus membayar sewa, utilitas dan staf.

Dari situlah para pembisnis bar berfikir keras untuk tetap bertahan. Maka kini tak ada lagi black liquid untuk membuat koktail. Melainkan cairan hitam yang menjadi saus pelengkap dimsum. Beberapa anggota staf bar berada di luar, menjaga kios pop-up kecil yang telah menjadi sumber pendapatan utama mereka sejak pandemi Covid-19

Selama hampir dua bulan, ini telah menjadi kenyataan pahit bagi sebuah bar gin hip di kawasan lama Bangkok, Teens of Thailand. Covid-19 ini sangat berdampak langsung dan merugikan secara finansial dari perintah pemerintah pada awal Januari untuk menutup pub dan bar dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus corona.

“Hampir tidak ada waktu untuk bersiap-siap, ada gangguan emosional sebelum memutuskan untuk apa membuka kedai ini,” kata salah satu pendiri Niks Anuman Rajadhon melansir CNA.

Minggu-minggu tanpa penjualan alkohol telah memaksa banyak bar menyesuaikan diri untuk bertahan hidup. Bar seperti Teens of Thailand, melakukan hal itu juga telah mengubah cara mereka beroperasi untuk kebaikan.Niks sangat menyukai bartending, membuat minuman beralkohol, dan koktail.  Dia tidak pernah mengira suatu hari dia akan menjual pangsit atau harus mencicipi begitu banyak merek cuka hitam.  Namun, dia tahu bisnisnya tidak dapat bertahan hanya dengan koktail, selama pemerintah Thailand memberlakukan lockdown. 

“Jadi kami mendapat ide untuk memiliki bar yang juga menjual pangsit, makanan kukus, sup atau bubur nasi. Hal ini dikarenakan bar akan ditutup dulu, ”katanya.

Saus dimsum./Copyright shutterstock.com/g/Diade_Riva
2 dari 2 halaman

Menjual esk krim

Ilustrasi es krim stroberi - Image by silviarita from Pixabay

Tak hanya bar Niks, Q&A sebuah bar bergaya speakeasy di salah satu gang Bangkok, berubah menjadi kedai es krim agar tetap bertahan.  

Pemilik Q&A, Attapon De-silva, yang telah menghabiskan 13 tahun terakhir sebagai bartending, menghabiskan hampir sebulan untuk mempelajari cara membuat es krim dari awal.  Dia meneliti, membaca buku, dan bereksperimen dengan pembuat es krim yang dipinjam dari mantan rekannya sebelum meluncurkan sub-brand Q&A, QreAm.

Ide menjual es krim muncul dalam percakapannya dengan ibunya setelah bar itu diperintahkan tutup.  “Saya bertanya padanya apa yang harus saya jual dan makanan apa yang disukai orang, Dia menjawab 'mungkin es krim' dan saya pikir dia bercanda,” ujarnya. 

Pada tahap awalnya, bar es krim menawarkan tujuh rasa dari vanilla dan coklat hingga GNT sorbet.  Yang terakhir disajikan dengan lemon yang dilapisi gula dan bunga yang bisa dimakan.

Menurut Attapon, setiap sendok es krimnya diresapi dengan identitas bar koktail, terutama penghormatan terhadap bahan baku pilihan dan bagaimana mereka disatukan untuk meningkatkan rasa.

#elevate women