Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
***
Oleh: Ria Nawawi
Siapa yang lelah merasakan patah hati?
Siapa yang lelah untuk mencoba memaafkannya lagi?
Siapa yang telah ikhlas walau itu terasa perih?
Sudah dua tahun rasanya aku sudah tidak ada lagi perasaan untuk merasakan indahnya jatuh cinta. Kenal dengan laki-laki baru dan menjalani hubungan percintaan yang terkadang terasa membosankan. Bukan, bukan berarti aku menutup hatiku untuk hubungan yang baru, hanya saja pada saat itu aku tidak ada hasrat untuk memulainya.
Karena yang aku tahu, mencintai itu melelahkan, berjuang sendiri itu menyedihkan, sangat menguras waktu dan tenagaku. Sampai suatu malam, saat aku sedang melihat feed Instagram teman-temanku, aku melihat sebuah foto temanku sedang berkumpul dengan tiga orang temannya yang semuanya laki-laki dan aku tertuju pada satu laki-laki yang menarik perhatianku sampai aku bergumam dalam hati, ''Siapakah dia?’’ ujarku dalam hati. Tidak sampai di situ saja, rasa penasaranku semakin menjadi, aku memberanikan diri bertanya ke temanku, aku mengirim pesan kepadanya.
''Hei, mau dong kenalin sama temen lo yang kumisan itu,'' kataku.
Lalu dengan cepat dia menjawab, ''Temen yang mana?'' katanya.
Aku pun bingung, aku tidak tahu siapa nama laki-laki itu.
Aku berhenti tidak membahasnya lagi.
Lalu beberapa bulan kemudian, aku mengetahui bahwa pacar sahabatku ternyata ada di dalam foto tersebut, foto yang sebelumnya aku lihat ada laki-laki yang sangat menarik perhatianku. Aku bertanya pada sahabatku, aku ingin kenal dengan laki-laki itu.
Akhirnya sahabatku mengirim screenshoot chat-ku ke pacarnya, tapi tentu saja sebelumnya aku bertanya, ''Apakah laki-laki ini sudah punya pacar?’’ karena aku tidak mau merusak hubungan orang lain, atau menganggu laki-laki yang sudah ada pasangannya.
Wow, rasa penasaranku ternyata terbalas, laki-laki itu menanggapi dan langsung menghubungiku dan mengirim pesan kepadaku.
Berkenalan dengan Seorang Pria
*bunyi suara pesan*
''Hi," tulisnya dalam pesan tersebut, dengan stiker yang menggemaskan.
Aku mulai deg-degan, kubalas pesannya, ''Hi juga.''
Kami mulai saling mengobrol, saling tanya seperti layaknya dua orang yang saling berkenalan, mempromosikan dirinya masing-masing, memberikan kesan pertama dengan baik, menunjukkan versi baik dari diri masing-masing.
Ternyata orangnya humoris, banyak canda tawa di chat kami. Hal yang tidak aku sangka, ternyata kami punya jarak yang cukup jauh. Aku di Jakarta, dan dia di Bali. Wah baru pertama kali aku kenal dengan laki-laki yang beda kota bahkan provinsi, itu berarti tidak ada pertemuan dalam waktu dekat. Tapi aku tidak mengeluhkan hal tersebut.
Waktu demi waktu berjalan, akhirnya dia memberi kabar bahwa bulan depan akan pulang ke Jakarta, ada acara dengan teman-temannya. Aku senang sekaligus bingung, berarti aku harus mempersiapkan diri untuk bertemu dengannya.
Selayaknya perempuan pada umumnya yang bingung menentukan pakaian seperti apa untuk pertemuan pertama kali dengan seorang laki-laki yang sebelumnya hanya mengobrol di telepon atau di chat saja. Sebenarnya aku bukan tipe wanita yang mudah jatuh cinta, tapi pada saat itu seperti ada yang berbeda. Yang kutahu Tuhan bisa membolak-balikkan hati manusia, mungkin kemarin aku bisa menutup rapat hatiku, tapi nyatanya hari itu aku merasakan hatiku seperti berbunga kembali.
Akhirnya kami bertemu, sambil makan malam. Menikmati ramen sambil curi-curi pandang satu sama lain, ''Sekarang dia di hadapanku, duduk di hadapanku," lanjutku.
''Apakah setelah pertemuan ini akan ada pertemuan lagi?’’ tanyaku dalam hati. Ternyata aslinya dia juga malu-malu, asyik, dan tentunya tampan menurutku. Pertemuan itu tidak lama, akhirnya aku pamit pulang. Kata orang, jika setelah pertemuan pertama ada pesan dari dia, tandanya pertemuan ini akan berlanjut. Sesampainya di rumah, handphone-ku berbunyi,
Ada pesan, "Kamu sudah sampai di rumah?" tulisnya.
Siapa yang pernah mendapatkan pesan setelah kencan pertama pasti tahu rasanya. Sayangnya besok dia sudah harus kembali ke Bali, karena cuti kerjanya hanya 3 hari.
Setelah pertemuan pada malam itu, kami semakin sering teleponan, saling tukar kabar, saling memberi perhatian, melempar kerinduan masing-masing. Sudah berani bilang rindu, lucu sekali, seperti remaja yang baru puber rasanya.
Setiap malam bertukar cerita tentang kegiatan sehari-hari, menceritakan kejadian lucu, ternyata obrolan kami nyambung, candaan receh jadi penguat obrolan kami. Bagiku, baru pertama kali menemukan laki-laki seperti ini, ah atau hanya perasaanku saja.
Musim liburan telah tiba, aku dan sahabatku mulai merencanakan liburan. "Ke mana ya yang asyik?’’ kata sahabatku. Tanpa basa-basi aku menawarkan, "Ke Bali aja yuk?’’ Mereka tahu maksudku, karena di sana ada yang ingin aku temui, dan mereka dengan cepat langsung bilang "Ayo pesan tiket.’’ Aku sayang sekali dengan mereka!
Kami mulai mencari tiket untuk bulan depan, hotel, dan tempat mana saja yang mau kami kunjungi. Aku belum memberitahu dia kalau aku dan sahabatku akan liburan ke kotanya. Kira-kira apa ya responsnya jika dia tahu aku akan ke sana? Aku juga penasaran dan pastinya excited.
Pesawatku sampai di Bali sekitar pukul 8 malam, dan ternyata dia sudah menunggu di pintu kedatangan. Sambil senyum-senyum dia menyapaku, "Akhirnya kamu sampai juga di sini, aku seneng banget ketemu kamu lagi. Makasih ya udah ke sini nemuin aku," ujarnya.
Aku tersenyum dan bilang, "Aku juga seneng.’’ Aku dan sahabatku menikmati liburan di Bali dengan mengunjungi tempat yang sudah kami masukkan di daftar kami. Dan pulang dengan perasaan sangat gembira.
Sosok yang Kini Menjadi Suamiku
Tiga bulan kemudian adalah hari ulang tahunnya, aku mengirimkan buket bunga mawar merah dan kue ulang tahun ke alamat kantornya, sebagai pengganti kehadiranku di sana. Bunga dan kue sudah sampai dan sudah diterima, tapi hal lain mengejutkanku. Kurir bunga mengirim pesan bahwa bunga sudah diterima oleh security tapi penerima sedang tidak ada di kantornya, karena sedang di Jakarta. Deg!
"Maksudnya apa ya?’’ aku langsung bertanya.
''Kamu lagi di Jakarta?’’
Dia jawab, ''Jam 3 sore aku mau video call kamu ya.''
Aku jawab, ''Iya.''
Lalu security datang mencariku dan bilang, ''Mbak, ada yang nungguin di luar.’’
Aku langsung keluar, dan ternyata dia sudah menungguku di depan gerbang sambil tertawa kecil ''Surprise!'' katanya.
Ternyata kejutan yang dia lakukan lebih dari kejutanku. Maksud dia datang menemuiku di hari ulang tahunnya katanya mau bertemu mama dan papaku, mau mengajak makan siang bersama keluarganya. Aku diberi kejutan lagi, orangtuanya bilang bahwa dia berniat melamarku, siapa yang sangka dia punya keberanian seperti itu? Sedangkan yang kutahu dia tidak seserius itu.
Enam bulan kemudian dia datang bersama keluarganya ke rumahku, meminta izin kepada kedua orangtuaku untuk meminang anaknya, yaitu aku. Aku masih tidak menyangka hari di mana ada seorang laki-laki yang datang melamarku, seperti mimpi. Entah apa yang Tuhan rencanakan untuk kehidupanku ke depannya, yang kutahu aku tidak juga merasa ragu dengannya.
Sekarang, dia sudah menjadi ayah dari anakku.
Laki-laki yang sangat aku cintai sampai detik ini dan seterusnya.
Suamiku,
Terima kasih sudah dengan sadar mencintaiku dan menyayangiku,
Terima kasih sudah menerima segala kekuranganku,
Terima kasih sudah memilihku sebagai bagian dari hidupmu,
Aku akan menua dan sedikit menyebalkan semoga kamu selalu sabar dan setia.
Hidup bersamamu tidak pernah ada rencana dalam hidupku sebelumnya, namun hingga suatu hari Tuhan menempatkanmu di hatiku yang paling dalam.
Aku mencintaimu.
#ElevateWomen