Fimela.com, Jakarta Daun, seekor ayam petelur bermimpi ingin mengerami telur dan memiliki anak ayam. Setiap kali melihat keluarga ayam berada di halaman, Daun merasa iri. Melihat ayam betina bisa bertelur dan makan bebas, Daun ingin memiliki kehidupan seperti itu. Kehidupan yang dijalani dengan kebebasan adalah hal yang sangat diinginkan Daun. Namun, apa daya dirinya hanya seekor ayam petelur yang tak bisa mengerami telur. Tugasnya hanya bertelur dan membiarkan telurnya langsung diambil oleh si pemilik.
Daun pun membuat keputusan. Ia memutuskan untuk mewujudkan impian dan keinginannya. Dia tak lagi mau makan sehingga telur yang dihasilkannya buruk. Dengan kondisi Daun yang seperti itu, ia pun dibuang. Siapa sangka Daun ternyata masih bisa bertahan hidup meski berada di tumpukan bangkai ayam. Bahkan selamat dari incaran musang.
Daun lalu bertemu dengan bebek liar pengelana yang menyelamatkannya. Dia pun dibawa ke rumah halaman, tempat bebek dan ayam tinggal. Akan tetapi, sungguh malang keberadaan Daun ditolak.
"Kalian memang ayam betina, tapi kalian berbeda. Memang kau tidak tahu? Sama seperti aku yang harus hidup sebagai penjaga gerbang, atau Ayam Jantan yang harus memberitahukan datangnya pagi, kau seharusnya bertelur di dalam kandang. Bukan di halaman, melainkan di kandang ayam! Itu adalah peraturan." (hlm. 50)
Daun pun harus berjuang lebih keras. Tak hanya berjuang untuk tetap bertahan hidup, tapi juga berjuang untuk mewujudkan impiannya sebagai seorang ibu.
What's On Fimela
powered by
Fabel yang Indah
Judul: The Hen Who Dreamed She Could Fly
Penulis: Hwang Sun-mi
Penerjemah: Dwita Rizki
Editor: Harum Sari, Dian Pranasari
Pemeriksa Aksara: Fidyastria Saspida
Penata isi: @designgedang
Perancang sampul: @designgedang
Penerbit BACA
Cetakan I: November 2020
Dari balik kandang, seekor ayam petelur yang menamai dirinya sendiri Daun selalu menyaksikan kehidupan keluarga halaman yang penuh kebahagiaan. Ayam Betina mengerami telur. Bebek-bebek berbaris menuju bendungan. Anjing Tua yang selalu kalah ketika berebut makanan dengan Ayam Jantan. Daun ingin berhenti menjadi ayam petelur. Daun ingin keluar, bebas, dan menjadi ibu; bertelur dan mengeraminya.
Tatkala kesempatan keluar kandang tiba, Daun harus berhadapan dengan penolakan keluarga halaman dan ancaman Musang lapar yang hendak menerkam. Hidup di luar kandang tidak semudah yang Daun bayangkan. Namun Daun berhasil menetaskan Jambul Hijau, seekor anak bebek yang berbeda dengan bebek-bebek di halaman.
The Hen Who Dreamed She Could Fly adalah dongeng indah yang menguatkan tekad untuk memupuk impian. Sebuah kisah tentang bersikap penuh kasih sayang, keberanian, pengorbanan, dan tulus mencintai tanpa membeda-bedakan. Begitu diterbitkan, The Hen Who Dreamed She Could Fly langsung mencuri perhatian pembaca Korea. Berada di daftar buku terlaris selama sepuluh tahun berturut-turut dan menginspirasi film animasi terpopuler dalam sejarah Korea.
***
Bukan tanpa alasan Daun menjadi nama yang ia pilih untuk dirinya sendiri. Ada makna yang begitu penting dan dalam dari daun. Ada sesuatu yang begitu ia dambakan dalam hidupnya
"Dedaunan adalah ibu dari para bunga. Bernapas sambil bertahan hidup diempas angin. Menyimpan cahaya matahari dan membesarkan bunga putih yang menyilaukan mata. Jika bukan karena dedaunan, pohon pasti tidak dapat hidup. Dedaunan benar-benar hebat." (hlm. 72)
Terlepas dari betapa beratnya hidup Daun setelah ia keluar dari kandang, Daun tidak menyerah untuk mewujudkan impiannya. Bahkan sesuatu yang tadinya tampak mustahil pun kini tak lagi jadi penghalang. Daun bisa mengerami telur. Adalah Jambul Hijau yang pada akhirnya menghadirkan titik cerah dalam hidupnya. Daun seorang ayam petelur dan Jambul Hijau seekor bebek. Tapi keadaan bukannya lebih baik. Malah ada lebih banyak tantangan dan kesulitan yang harus diatasi dan ditaklukkan olehnya. Bahkan ancaman dari musang semakin mengusik hari-harinya.
Novel The Hen Who Dreamed She Could Fly merupakan novel yang sangat terkenal di Korea Selatan. Bahkan sudah terjual lebih dari dua juta eksemplar. Sosok Daun mewakili watak sebagian besar manusia yang ingin memiliki kebebasan. Ingin keluar jeratan dan bisa menjalani hidup sesuai impian. Mewujudkan sebuah impian yang tadinya tampak mustahil memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan.
Fabel mungkin identik dengan pembaca anak-anak. Akan tetapi, untuk novel The Hen Who Dreamed She Could Fly rasanya sangat cocok dibaca oleh para pembaca dewasa. Ada banyak analogi yang penuh makna dari novel ini dan menjadi daya tarik tersendiri untuk novel ini.
Ada makna-makan penting soal harapan, perjuangan, hingga pengorbanan yang tergambarkan kuat di novel ini. Bahkan ketika selesai membaca novel ini, kita akan tergerak untuk kembali merenung dan memikirkan kembali makna kehidupan kita sendiri.
#ElevateWomen