Angka Mata Minus Terus Bertambah di Era Pandemi, JEC Pelopori Sentra Penanganan Miopia di Indonesia

Fimela Editor diperbarui 01 Mar 2021, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Prevalensi miopia (disebut pula rabun jauh atau mata minus) terus meningkat. Pandemi COVID-19 memberi pengaruh pada penambahan kasus miopia. Eye care leader di Indonesia, JEC Eye Hospitals & Clinics, meluncurkan layanan terbaru Myopia Control Care yang menghadirkan penanganan mata minus secara menyeluruh berdasarkan tingkatan kebutuhan pasien. JEC menjadi institusi kesehatan mata pertama di Indonesia yang memiliki sentra khusus miopia. Tersedia perdana di Rumah Sakit Mata JEC @ Kedoya, layanan terbaru JEC ini menawarkan pilihan tindakan perawatan dan penanganan miopia yang ekstensif, dari terapi hingga tindakan koreksi berbasis laser (lasik).

Temuan WHO menyebut, sekitar 40% dari populasi dunia (3,3 miliar orang) akan menderita miopia pada 2030 mendatang. Bahkan, akan mencapai lebih dari setengah populasi dunia (4,8 miliar orang) pada 2050. Lebih-lebih saat ini, situasi pandemi COVID-19 turut berandil meningkatkan kasus miopia, termasuk pada anak-anak. Studi di China baru-baru ini memperlihatkan, bahwa selama 2020, anak usia 6-8 ternyata 3 kali lipat lebih rawan terkena miopia dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Lebih sedikit waktu di luar ruangan dan lebih banyak waktu menatap layar menjadi pemicu.

Lantaran pandemi COVID-19, aktivitas di luar ruangan jauh berkurang, sementara ketergantungan terhadap gadget semakin tinggi. Anak-anak menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ), sementara kelompok dewasa kini mayoritas work from home (WFH). Artinya, semua kalangan usia semakin berpotensi terserang miopia. Gejala yang biasa dialami adalah kesulitan melihat objek yang jauh dan mata terasa lelah serta tegang. Oleh sebab itu perlu adanya screening atau pengecekan secara berkala dalam jangka waktu 6-12 bulan sekali.

Ketua Layanan JEC Myopia Control Care, Dr. Gusti G. Suardana, SpM(K), ”JEC melalui Myopia Control Care memudahkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan penanganan miopia secara menyeluruh. Dengan demikian, mereka bisa memperoleh perawatan yang tepat berdasarkan kondisi miopia yang diderita, serta sesuai dengan kebutuhan masing-masing.”

JEC Myopia Control Care menawarkan layanan dari tahapan awal: konsultasi dan screening mata minus secara komprehensif, hingga langkah-langkah treatment berdasarkan tingkatan kebutuhan dan usia (anak-anak hingga dewasa). Mulai pemberian vitamin, terapi obat tetes mata, anjuran penggunaan kacamata yang terkustomisasi, terapi lensa kontak (Ortho-K, RGP Lens, Scleral Lens), sampai koreksi refraksi dengan LASIK/ReLEx® SMILE.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Ragam Pemilihan Penanganan

ilustrasi permepuan kacamata/Photo by Åaker on Unsplash

Pasien miopia mempunyai beragam pilihan penanganan untuk mengatasi kondisinya. Tentunya, pilihan penanganan didasarkan pada level miopia serta didahului dengan pemeriksaan yang mendalam.

“Terapi Atropin 0,01%, bisa membantu menghambat perkembangan mata minus pada anak-anak usia di bawah 15 tahun. Ada juga, terapi lensa kontak khusus Ortho-K yang dikenakan pada malam hari untuk membantu pasien terbebas dari penggunaan kacamata selama aktivitas keesokan harinya. Ortho-K dapat digunakan pada semua usia, sejak usia 5 tahun sekalipun. Sementara, LASIK/ReLEx®️ SMILE - yang membutuhkan waktu tindakan hanya beberapa detik, disarankan bagi penderita minus tinggi berusia di atas 18 tahun,” tambah Dr. Damara Andalia, SpM.

“Gangguan refraksi, termasuk miopia, menjadi salah satu faktor terbesar penyebab kebutaan di Indonesia. Sejak 1984, JEC telah konsisten menjaga kesehatan mata masyarakat Indonesia dan berkontribusi aktif mengurangi kebutaan di Tanah Air. Hadirnya sentra penanganan miopia pertama di Indonesia, Myopia Control Care, semakin menegaskan kesungguhan JEC untuk meneruskan komitmen tersebut,” tutup Dr. Johan A. Hutauruk, SpM (K), Presiden Direktur JEC.

Penulis : Adonia Bernike Anaya (Nia)

#elevate women