Fimela.com, Jakarta Jika kamu pernah diintimidasi atau dikucilkan saat masih anak-anak atau remaja, mungkin tidak mengejutkan bahwa penelitian telah menunjukkan bagaimana viktimisasi teman sebaya dapat memiliki efek jangka panjang. Hal ini terjadi pada Simone Ellin.
Selama beberapa dekade, Simone bergumul dengan depresi tingkat rendah, kecemasan, dan perasaan tidak mampu, serta prestasi rendah yang terus berlanjut, meskipun telah menjalani terapi bertahun-tahun. Simone tidak membantah bahwa masalah kesehatan mentalnya berasal dari intimidasi yang ditemuinya di sekolah, pengalaman yang membuatnya malu seumur hidup.
Hipersensitivitas Simone sendiri telah menjadikannya target yang sempurna untuk penindasan dan pengucilan, dalam waktu yang lama. Suatu hari, di tahun 2019, ketika Simone berada di tempat kerja, ia mulai memikirkan seorang gadis yang pernah menolaknya di kelas 7.
Penolakan itu masih terasa menyengat setiap kali ia memikirkannya. Simone bertanya-tanya apakah gadis itu ingat bagaimana ia mengakhiri persahabatan mereka dan apakah ia memiliki penyesalan.
Tiba-tiba Simone mendapat ide. Ia ingin mewawancarai mantan teman sekelasnya di sekolah menengah dan atas, tidak hanya orang-orang yang menindasnya, namun juga semua teman perempuannya, termasuk para pengganggu, yang diintimidasi, dan mereka yang tampaknya bukan keduanya.
Simone ingin bertanya tentang pengalaman mereka dengan dunia sosial ketika sama-sama tumbuh di kota Westcester, New York. Simone menemukan ide bagus untuk mengesampingkan ketidaknyamanan yang ia rasakan tentang menghubungi orang yang dalam beberapa kasus, belum pernah ia ajak bicara selama 40 tahun.
Berkat media sosial, ia dengan mudah menemukan banyak mantan teman sekelasnya dulu yang membuatnya sampai depresi. Ia mulai mengirim pesan kepada mereka semua untuk menjelaskan proyeknya dan bertanya apakah mereka bersedia untuk berpartisipasi.
Banyak perempuan yang ia hubungi, langsung menanggapi. Beberapa orang mengakui tidak ingat banyak tentang tahun-tahun itu, sedangkan yang lain antusias dan mengatakan kepada Simone, bahwa mereka memiliki banyak hal untuk dibagikan.
Sejauh ini, Simone telah mewawancarai hampir 30 orang dan ia berharap dapat mewawancarai lebih banyak orang. Terkadang, seseorang menindas orang lain karena seseorang menindasnya.
Ini pasti terjadi dengan salah satu mantan teman sekelas yang Simone hubungi, yang tanpa henti menyiksa Simone selama sekolah menengah hingga ia depresi. Awalnya, orang ini enggan bicara dengan Simone, ia mengabaikan pesan Simone di Facebook.
Orang pertama yang dihubungi Simone menyatakan penyesalannya karena membuat Simone depresi
Namun karena Simone terus mengiriminya pesan, akhirnya ia membalas dengan permintaan maaf. Simone menyakinkannya bahwa dirinya sedang mewawancarai semua perempuan di kelas mereka, tidak memilihnya, dan secara mengejutkan, beberapa saat kemudian, teleponnya berdering dari si mantan pengganggu itu.
"Saya sangat menyesal," katanya berulang kali selama panggilan telepon mereka. Bahkan ia bersumpah bahwa ia bukan orang jahat.
Mantan pengganggu ini mengungkapkan beberapa trauma yang ia alami dan mendengarnya secara langsung, Simone merasa ada yang berbeda. Simone akhirnya bisa memaafkannya, yang membantunya untuk memaafkan diri sendiri.
Simone terkejut mengetahui bahwa banyak dari gadis populer membayar mahal untuk mempertahankan status sosial mereka. Seperti yang dikatakan seorang mantan pemandu sorak kepada Simone, gadis-gadis dalam kelompoknya begitu kejam satu sama lain, sehingga mereka tumbuh tidak mempercayai perempyan lain.
Perempuan lain, yang Simone anggap populer, pintar, dan cantik mengetahui sejak awal bahwa kesepian itu buruk dan ia harus berkorban untuk punya teman. Ia berbagi cerita tentang menjadi bagian dari kelompok yang mengecualikan teman sekelasnya di kelas 7.
Simone bicara dengan sekitar 5 perempuan yang sangat atletis selama tahun-tahun sekolah menengah dan atas. Semua dari mereka mengatakan bahwa atletik berfungsi sebagai faktor pelindung dalam mengelola tekanan sosial masa kanak-kanak dan remaja.
Pandai olahraga membuat mereka merasa percaya diri dan mendobrak batasan yang ada di sekolah sejak mereka bermain dalam tim dengan anggota berbagai kelompok teman. Seperti yang dikatakan seorang perempuan yang pindah ke sekolah Simone di kelas 9, ia merasa memiliki kepercayaan diri dan pengakuan atas kemampuannya, serta kredibilitas.
Atlet lain berbagi cerita menyentuh tentang menjadi kapten tim di kelas olahraga. Ia mengingat bagaimana, ketika memilih tim, seorang perempuan di kelas mereka selalu dipilih terakhir.
Percakapan Simone dengan beberapa teman sekelasnya menegaskan bahwa banyak perempuan yang tampaknya memiliki kehidupan sempurna dan berkembang, ternyata juga berjuang, sama seperti kita semua. Bahkan Simone merasa kesulitan menemukan beberapa perempuan yang menjadi korban penindasan paling parah.
Ia berasumsi banyak yang tidak ingin ditemukan dan telah memilih untuk meninggalkan masa kecil dan remaja mereka jauh di belakang dan tidak pernah melihat ke belakang. Seorang perempuan ingat pernah diintimidasi pada berbagai waktu selama sekolah dasar dan menengah.
Pelaku bully biasanya memiliki masalah depresi yang sama dengan dirinya
Di kelas 9, ia putus sekolah dan melarikan diri, akhirnya berakhir di sekolah swasta, di mana perundungan itu bahkan lebih parah. Di sekolah ketiga, perempuan ini menjadi pengganggu dan akan menendang anak lain dengan sandalnya, agar ia merasa kuat.
Ketika ia melanjutkan proyeknya dan mulai memproses apa yang ia pelajari, ia secara terduga mendapati dirinya merefleksikan peerilakunya sendiri selama tahun-tahun itu. Ia menyadari ada kalanya ia memilih untuk merasa seperti korban.
Ia tahu ada teman sekelas yang mengagumi bakat musiknya, mengira ia cantik dan baik hati, namun dalam beberapa kasus, ia terlalu sibuk dengan diri sendiri sebagai korban untuk bisa mengenali kasih sayang mereka. Simone juga dipaksa untuk mengakui bahwa ia tidak selalu baik kepada orang lain.
Meskipun ia masih tidak percaya bahwa ia pernah secara terang-terangan menindas siapapun, ia pasti bergosip tentang orang lain dan menjauhi teman sekelas yang ia khawatirkan dapat mengancam status sosialnya yang lemah. Simone juga menyesal tidak menghubungi orang-orang yang merasa diri mereka dikesampingkan, ketika ia memiliki kesempatan.
Simone puas dengan hampir setiap percakapan yang dilakukannya. Proyek ini memberi Simone kesempatan untuk memaafkan para perempuan yang pernah menolak dan menyiksanya.
Yang paling penting, pengalaman berhubungan kembali dengan para perempuan ini telah membantu mengurangi rasa tidak aman dan malu selama bertahun-tahun. Ia tidak lagi melihat dirinya lebih rendah dari para perempuan populer.
Nyatanya, proyeknya disambut dengan kekaguman dan kegembiraan dari banyak perempuan yang ia ingin buat terkesan begitu lama. Perubahan ini telah meningkatkan kepercayaan dirinya dan Simone memiliki keyakinan baru pada kekuatan, keberanian, dan kelayakannya sendiri.
Terlebih lagi, peningkatan citra dirinya memiliki implikasi positif untuk pekerjaan, hubungan, dan perasaan sejahteranya secara umum. Simone tidak akan mengatakan bahwa jenis proyek ini tepat untuk semua orang dan ia tidak dapat mengklaim bahwa orang lain akan mendapatkan hasil yang sama, jika mereka memutuskan untuk menjangkau individu dari masa lalu.
Bagi sebagian orang, meninggalkan masa lalu mungkin merupakan cara yang tepat untuk maju. Tidak semua orang berubah, tidak semua orang teruka untuk membahas apa yang terjadi, apalagi mengungkapkan penyesalan.
Namun, bagi Simone setidaknya, menghadapi ketakutan masa kecil telah sangat menyembuhkannya, dan itu adalah sesuatu yang ia harapkan untuk semua orang, tidak peduli siapa mereka dulu, tidak peduli bagaimana mereka pernah terluka. Bagaimana menurutmu?
#Elevate Women