Fimela.com, Jakarta Kita semua pernah punya pengalaman atau kisah tentang cinta. Kita pun bisa memaknai arti cinta berdasarkan semua cerita yang pernah kita miliki sendiri. Ada tawa, air mata, kebahagiaan, kesedihan, dan berbagai suka duka yang mewarnai cinta. Kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories Februari 2021: Seribu Kali Cinta ini menghadirkan sesuatu yang baru tentang cinta. Semoga ada inspirasi atau pelajaran berharga yang bisa dipetik dari tulisan ini.
***
Oleh: Maria Regina
Bulan Februari dimaknai oleh banyak orang sebagai bulan cinta dan kasih sayang karena hari Valentine yang diperingati pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya. Kalau untuk saya pribadi, cinta/kasih sayang itu tidak harus selalu diucapkan dengan kata-kata atau hadiah, kadang kadang kehadiran seseorang sudah cukup untuk menandakan kasih sayang/cintanya.
Saya merasa sangat beruntung karena sejak kecil saya selalu bisa merasakan cinta/kasih sayang orang tua saya, walaupun saya anak sulung. Tetapi seingat saya, saya tidak pernah merasa cemburu pada dua adik saya karena merasa orangtua lebih menyayangi adik-adik saya.
Saya bukan berasal dari keluarga yang berlebihan, memang tidak berkekurangan, hanya berkecukupan saja. Mungkin itu karena kebiasaan orang tua saya. Mereka selalu mencontohkan bahwa kasih sayang orang tua itu bukan berarti harus selalu sama rata. Misalkan saya dibelikan baju baru berarti adik-adik saya harus beli baju baru juga,.
Mereka mencontohkan misalkan saya berulang tahun berarti memang saya yang pada saat itu menerima hadiah, adik-adik saya tidak. Sebaliknya kalau adik saya yang berulang tahun berarti saya tidak mendapatkan hadiah. Kecuali misalkan pada saat Natal, maka kita bertiga mendapatkan hadiah. Intinya kami diajarkan bahwa orang tua pasti sayang pada semua anaknya, hanya saja mungkin pada waktu tertentu ada anak yang lebih memerlukan perhatian, jadi yang lain diminta untuk tidak cepat merasa iri, atau merasa tidak disayang.
Pelajaran Berharga dari Orangtua
Begitu pula saya melihat hubungan antara ibu dan ayah saya. Menurut saya ibu saya orangnya lebih mengalah. Dulu saya sering merasa kesal karena menurut saya ibu saya itu terlalu menurut pada ayah saya, tetapi sekarang saya lebih bisa memahami. Kadang-kadang sikap mengalah itu adalah untuk menang, menghadapi sesuatu yang kita tidak setuju tidak harus selalu dengan konfrontasi.
Pria kadang-kadang tidak mau dilawan, tetapi malah sering berubah kalau dibujuk dengan lembut. Ayah saya adalah tipe pria yang konvensional, bertanggung jawab, ingin selalu melindungi keluarga, tetapi jadi cenderung keras, dan terkesan diktator. Saya melihat itu terjadi karena dia selalu merasa bertanggung jawab sebagai kepala keluarga.
Ia selalu ingin melakukan dan memberikan yang terbaik untuk keluarganya, jadi mungkin terkadang merasa stres atau frustasi karena merasa tidak bisa melakukan itu dan ibu saya bisa mengimbangi hal itu. Mungkin itulah yang membuat mereka bisa mempertahankan pernikahan sampai ayah saya meninggal. Selain tentu saja kesetiaan terhadap satu sama lain.
Setiap pasangan pasti punya masalah sendiri karena tidak ada manusia yang sempurna. Kekecewaan karena pasangan tidak sesuai harapan kita kadang-kadang membuat masalah jadi semakin besar. Mungkin dengan sedikit menurunkan ekspektasi kita malah bisa membuat hubungan lebih baik. Itu yang saya pelajari dari hubungan orang tua saya.
#ElevateWomen