Fimela.com, Jakarta Seperti yang dikira banyak orang, setelah menikah umumnya suami-istri akan tidur dalam satu kamar karena sudah sewajarnya seperti itu. Tapi ternyata bukan itu yang diinginkan seorang perempuan yang menceritakan kisahnya dalam Yourtango, sebut saja Mega.
Tidak semua orang ingin tidur satu kamar dan satu ranjang dengan suaminya setelah menikah, dan mungkin aku adalah salah satunya. Aku justru ingin pisah ranjang dengannya. api jangan buru-buru menilai pernikahanku tidak bahagia, aku justru sangat bahagia saat ini dengan keputusan tersebut. Mengapa?
Aku bukan tipe orang yang suka mencari kenyamanan dengan cara berpelukan dengan seseorang dalam waktu lama apalagi tidur di dalam satu selimut yang sama karena merasa risih dan panas. Aku tidak merasa nyaman bersentuhan dengan seseorang, bahkan suami sendiri. Bukan berarti aku tidak mencintainya, aku mencintainya dengan sepenuh hati.
Di tahun-tahun awal menikah, kami memang memutuskan tidur bersama dalam satu kamar dan satu ranjang, tapi ketika ia bangun pagi lebih dulu untuk bersiap kerja atau mengurus anak-anak di luar, aku tidak merasa kehilangan kehangatan tubuh di sampingku dan justru merasa bisa menguasai seluruh ranjang untuk diriku sendiri dan kembali tidur.
Pisah ranjang adalah keputusan terbaik
Kami masih bercinta seperti biasa setelah punya anak dan kehidupan intim kami sangat seksi di malam hari. Namun setelah bercinta dengan suami, aku merasa butuh ruang untuk diriku sendiri, untuk tidur dan menikmati waktuku sendiri. Bisa jadi karen aku sudah terbiasa menjalani hidup lajang yang membuatku nyaman sendirian, jadi ketika ada suami yang tidur di sampingku, aku justru merasa tidak nyaman.
Aku tidak ingin berpelukan saat akan tidur atau mendengarkan dengkurannya di malam hari, karena aku orang yang mudah terbangun saat ada suara bising. Dia pikir lucu bisa menempelkan kakinya yang dingin di kakiku agar merasa hangat, tapi aku tak suka itu. Belum lagi masalah selimut, ia sering menarik selimut saat tidur dan aku sering digigit nyamuk atau kedinginan karena setengah tubuhku tidak tertutupi.
Ingin rasanya aku menendang pantatnya karena aku juga sangat lelah dan butuh tidur dengan nyenyak setelah seharian bekerja dan mengurus anak. Saat itulah aku memutuskan membicarakan 'pisah ranjang' dengannya. Awalnya ia tak setuju karena menurutnya ide itu tidak wajar dan bisa jadi membuka pintu pernikahan yang hambar tanpa cinta. Tapi aku meyakinkan semuanya akan baik-baik saja, bahkan akan lebih baik.
Setelah beberapa minggu kita menerapkan 'pisah ranjang' (aku tidur di kamar lain yang tidak digunakan), ia merasa tidak ada yang berubah. Ia justru merasa aku lebih ceria dan tidak gampang marah. Itulah yang kumaksud. Karena aku merasa tidurku tidak terganggu, waktu tidurku cukup dan nyenyak, rasa stresku hilang dan aku nyaman menjalani rutinitas setiap hari. Jadi pada akhirnya ia bisa menerima metode 'pisah ranjang' ini.
Tentu saja, setiap orang punya caranya masing-masing untuk menciptakan pernikahan yang bahagia. Bisa jadi tidur satu ranjang mampu memperkuat ikatan cinta untuk beberapa orang, tapi untuk kasusku, justru sebaliknya. Aku bersyukur suamiku bisa memahami dan menerima hal itu, pernikahan kami juga tetap kuat dan bahagia hingga kini.
#ElevateWoman with Fimela