Efek Covid-19, Penjualan High Heels Turun Hingga 71%

Nabila Mecadinisa diperbarui 16 Feb 2021, 07:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Popularitas sepatu high heels memang sudah menurun sejak sebelum terjadinya pandemi. Hal ini diungkapkan oleh Beth Goldstein, seorang analis alas kaki dan tren fashion dari New York NPD Group, dilansir dari Instyle.com.

Hal ini juga disebabkan oleh generasi milenial dan generasi Z yang telah menjadikan etika kerja secara kasual, melalui gaya busana yang dikenakannya. Tren ini dikenal dengan tren kasual bisnis. Penurunan minat pada sepatu high heels semakin diperkuat dengan tren kerja dari rumah selama pandemi berlangsung.

Diketahui, penurunan penjualan high heels terjadi hingga 71 persen pada kuartal kedua 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pandemi membuat segala kegiatan formal yang biasa terjadi terpaksa tertunda.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Penurunan minat pada sepatu High Heels

Penurunan minat sepatu high heels akibat pandemi. (Foto: Instagram/ Jimmy Choo)

Bahkan pesta pernikahan yang identik dengan sepatu high heels, kini bisa dilaksanakaan secara virtual. Tren alas kaki mengalami pergeseran. Kini, orang lebih memilih alas kaki yaang lebih nyaman untuk bekerja di rumah.

Sneaakers jadi pilihan favorit, mengingat maraknya busana athleisure yang naik daun diiringi dengan minat tnggi terhadap gaya street-style, yang diadopsi para generasi milenial. Sepatu-sepatu seperti Doc Martens, Crocs, Uggs, dan Birkenstock, meraih peminat yang cukup tinggi.

Bloomberg News mengungkapkan jiika sepatu formal rilisan para desainer mengalami penurunan hingga 21%. Kondisi ini membuat para department store premium seperti Galeries Lafayette memberi ruang yang lebih luas pada jenis sepatu yang tinggi minat, yakni sneakers.

 

 

 

 

#Elevate women