Askarina Daniswari : Tahapan Ekspresikan Emosi untuk Capai Kebahagiaan

Fimela Editor diperbarui 08 Feb 2021, 22:12 WIB

Fimela.com, Jakarta Kebiasaan memendam sesuatu, akan berakibat buruk di kemudian hari. Selain bisa berdampak pada kesehatan, memendam ibarat menyiksa diri sendiri. “It’s Okay to say No. It’s Okay untuk nangis dan meluapkan emosi. Tapi ingat sewajarnya saja.” kalimat ini keluar dari Askarina Daniswari, seorang emotional self healing therapist. Askarina membagikan cara agar memiliki emotional balance dalam instagram live Fimela Talks pada Kamis, (04/02).

Segala sesuatu yang berlebihan pasti tidak baik, sama halnya dengan emosi. Karin menjelaskan emosi ibarat manusia dan kehidupan yang terus berubah. “Tidak selamanya kita positif atau selamanya negatif. Segalanya yang berlebihan itu tidak baik, sehingga kita harus mencapai keseimbangan emosi.” jelas Karin.

Jika tidak mencapai emosi yang seimbang, seseorang tidak bisa memiliki hidup yang tenang. Hal ini berdampak pada jangka panjang, seperti; sakit fisik, hubungan dengan keluarga dan kerabat jadi tidak baik. Mengekspresikan emosi salah satu cara untuk mencapai emosi yang seimbang

 

What's On Fimela
Emosi yang seimbang sangatlah penting di dalam kehidupan seseorang untuk mencapai kebahagiaan dalam hidup.
2 dari 2 halaman

Banyak penyebab seseorang sulit ungkapkan emosi

Askarina Daniswari juga seorang praktisi Bach Flower Remedies tersertifikasi yang mampu membantu banyak orang untuk menyeimbangkan emosi mereka.

Penyebab seseorang tidak bisa mengekspresikan emosi adalah karena pendapat orang lain, latar belakang keluarga dan berbagai hal lainnya. Askarina memberikan langkah bagaimana cara agar bisa mengolah emosi dan ekspresikan emosi dengan baik sehingga dapat mencapai emotional balance.

Kenali diri dan menerima emosi Tahap Recognize. Setiap orang memiliki titik terlemah dan terkuat yang berbeda-beda. Kenali masalah dan bagaimana diri kamu sebelum melangkah ke langkah selanjutnya.

Semua pasti ada penyebabnya, mulai dengan pertanyaan “Mengapa” dan “Bagaimana”. Hal yang lumrah untuk menerima emosi sebagai respons pikiran kita. “ Kita biasanya menyebut proses ini dengan meningkatkan self awareness” ungkap Karin.

Memberikan respons Tahap Self Response Kita harus merespons masalah dengan bijak dan kepala dingin. Hindari respons yang meledak-ledak dan sewajarnya saja. Karin menjelaskan salah satu bentuk luapan emosi, “Misalnya jika emosi kita sedih kita berhak untuk menangis. Menangis itu sehat. Asalkan tidak berlebihan dan berlarut-larut.”

Mengelola masalah Tahap Self Love pada tahap ini kita me-reset pikiran kita akan masalah yang ada. Karina menekankan, butuh waktu untuk melupakan masalah yang ada. Ada kalanya proses seseorang lebih panjang dari banyak orang lainnya. Pada tahap ini, seorang harus melepaskan masalahnya dengan berbagi cara. Misalnya, seorang bertambah khawatir saat menonton berita maka matikan televisi dan cari informasi yang bisa menenangkan pikiran.

Menerapkan cara di atas secara perlahan, tentu adalah permulaan yang baik menuju titik emosi seimbang. Tapi ingatlah, semua perlu proses, sehingga harus dijalani dengan penuh komitmen dana kemauan, untuk capai titik terbaik diri kita dengan keseimbangan emosi yang sempurna. 

Penulis: Adonia Bernike Anaya (Nia)

 

 

Bach Flower, sebuah metode yang mengandalkan energi bunga untuk pemulihan mental dan emosi seseorang agar kembali seimbang.

#Elevate women