Kisah Pria yang Dilarang Jadi Guru Belly Dance

Karla Farhana diperbarui 15 Mar 2021, 07:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Siapa bilang pria tidak bisa menari, apalagi belly dance, sebuah tarian yang identik dengan keelokan tubuh seorang perempuan. Tarian ini kerap kali disalah artikan sebagai tarian erotis, padahal, belly dance penuh akan kebudayaan timur tengah. 

Beberapa tahun belakangan, belly dance bukan lagi sekadar tarian yang dipertontonkan di depan umum. Tetapi juga sudah menjadi bagian dari gym class, dimana banyak orang yang ingin belajar dan menjadikan tarian tersebut sebagai salah satu cara mereka berolahraga. 

Karena mengutamakan otot perut, belly dance dipercaya dapat membakar lemak dan mengecilkan perut yang buncit. Sayangnya, tidak banyak orang terbiasa melihat pria menari tarian ini. Akhirnya, banyak dari mereka yang dikucilkan.

Penari profesional sekaligus pengajar belly dance di Cina, Yan Chenbin pada awlanya juga dilarang untuk menari, apalagi menari belly dance oleh kedua orangtuanya. Tapi, terlepas dari kritikan dan juga gender stereotype di negaranya, Yen tetap menari. 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Tidak Peduli Perkataan Orang Lain

"Selama saya melakukan apa yang saya suka, saya tidak terlalu peduli dengan orang lain," ungkapnya kepada South China Morning. 

Namun, tak bisa dipungkiri, stereotip dan juga pandangan orang lain terhadap pekerjaan dan apa yang dia lakukan kadang membuatnya sedih. Namun, Yan yakin semuanya justru akan membuatnya menjadi lebih kuat. 

Yan sudah belajar menari belly dance sejak dia berusia 24 tahun. Kini, dia sudah menjadi seorang guru profesional dan mengajar tarian tersebut selama 11 tahun. 

#elevate women