Fimela.com, Jakarta Jatuh cinta dan menjalani hubungan cinta selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik untuk dibahas. Cinta selalu bisa menciptakan berbagai macam pengalaman, baik manis ataupun pahit. Berdasarkan kisah seorang perempuan di Yourtango.com, sebut saja Nadia, telah mengalami segala cinta yang selalu berakhir dengan perpisahan.
Aku telah mengalami patah hati, bertahun-tahun yang panjang hanya untuk dibutakan oleh penampilan. Semua perempuan pasti menginginkan pria yang menarik, yang tampan misalnya, yang berbadan tinggi, perut sixpack atau yang berduit.
Kamu bisa jatuh cinta pada siapa saja dan itu tetap tak akan cukup menjadikannya pria yang tepat kecuali satu, ia bisa mencintai kekuranganmu. Terdengar klise memang, namun kamu akan setuju dengan pendapatku jika membaca alasanku seluruhnya.
Tidak ada yang bisa mengungguli wajah tampan di luar, dan itulah masalahnya. Tubuh kencang, berotot, tinggi, pakaian branded atau mobil yang kinclong memang menarik di awal, tapi nyatanya semua itu tidak menjamin hubungan cinta akan bertahan. Lebih banyak justru mengecewakan karena ia juga menuntut lebih banyak agar aku bisa selevel dengan dirinya.
Jatuh cinta pada penampilan membuatku dangkal
Ketampanan itu tampak tidak tampan lagi di mataku. Cukup terpedaya pada senyuman manisnya, matanya yang tajam, alis tegas atau bibirnya yang tampak lembut. Mungkin cinta selalu rumit, dan mungkin mencari pria yang tepat tak pernah ada selama ini.
Seiring bertambahnya usia, aku mulai memahami apa yang benar-benar menarik dalam diri orang lain. Aku tidak mengatakan bahwa wajah tampan dan tubuh yang menakjubkan tidak lagi jadi penyemangat, karena tentu saja, semua orang akan menyukainya. Tapi pasti ada lebih dari itu jika kita menginginkan cinta sejati, bukan?
Hingga aku menyadari, mungkin aku tidak membutuhkan pria seperti itu. Semua orang terluka dan memiliki kekurangan, mungkin itu juga yang perlu aku cari dari seorang pria. Selama ini aku hanya melihat yang baik-baik saja, tanpa berusaha lebih dalam mencintai kekurangannya. Mungkin itu juga yang menjadi alasan mereka meninggalkanku.
Kita seringkali mengabaikan kekurangan, bahkan menyembunyikannya. Namun hubungan cinta yang hanya mencintai kelebihan tanpa melihat kekurangan pastilah cinta yang tidak tulus dan tentunya tak ada jaminan bisa bertahan lama. Dan setelah kulihat kembali hubungan cintaku di masa lalu, aku bagai ditampar dengan kebenaran tersebut.
Ah, ternyata caraku melihat cinta selama ini begitu dangkal. Ah, ternyata patah hati yang selama ini aku alami adalah salahku sendiri. Itu juga yang kemudian membuatku introspeksi diri. Pria yang bisa mencintai lukaku atau kekuranganku lah yang sebenarnya aku butuhkan. Tidak lebih, tidak kurang.
Ketika seseorang bisa mencintai kekuranganku, aku rasa aku bisa bersikap lebih jujur padanya, tak perlu pura-pura menjadi orang lain hanya agar bisa diterima.
Lalu apakah aku menyesali segala pengalaman cinta yang pahit di masa lalu karena aku tak menjadi diriku sendiri? Tidak juga. Tanpa luka-luka itu aku tak akan menyadari di mana letak kesalahan dan kebodohanku. Dengan begini, aku jadi sadar bahwa aku akan belajar menyukai kelemahan orang lain lebih dulu sebelum berani jatuh cinta pada kelebihannya.
Aku rasa, Sahabat Fimela juga perlu memiliki pemikiran seperti itu jika mengharap menemukan cinta yang sempurna.
#ElevateWoman with Fimela