Fimela.com, Jakarta Gaya hidup kita memiliki pengaruh besar pada cara kita mengatur finansial dan kesejahteraan kita. Sungguh bijak jika kita bisa mengendalikan diri dengan bergaya sesuai isi dompet. Menyesuaikan kebiasaan dan gaya hidup dengan besarnya penghasilan atau pendapatan penting untuk dilakukan supaya kita bisa lebih tenang jalani hidup.
Jangan sampai malah kita menumpuk utang demi menuruti gengsi belaka. Hanya karena ingin tampil berkelas dengan tas mahal misalnya, kita nekat berutang pada orang lain untuk membeli tas mahal tersebut. Berutang untuk hal-hal yang cuma untuk menuruti gengsi belaka hanya akan menyulitkan hidup kita sendiri.
Gaya Hidup Tinggi Bisa Merepotkan Kita Sendiri
Tahukah bahwa sebesar 32% akar permasalahan gaji yang habis di tengah jalan adalah karena gaya hidup yang tinggi. Mengutip buku Maket It Happen, ada tiga akar permasalahan penghasilan yang tak kunjung cukup, salah satunya adalah masalah gaya hidup tinggi. Terlebih jika mengikuti perkembangan gaya hidup yang tidak diimbangi dengan penghasilan yang mumpuni, maka uang bisa cepat habis begitu. Lebih mementingkan gengsi tanpa diimbangi dengan kemampuan mengatur finansial yang baik juga hanya akan membawa petaka. Nggak mau kan hidup berantakan karena terlalu menuruti gengsi?
What's On Fimela
powered by
Hidup Kita Bukan Hanya untuk Hari Ini Saja
Apakah kamu termasuk dalam golongan generasi milenial? Para ahli dan peneliti menyebutkan bahwa generasi milenial adalah generasi yang lahir awal tahun 1980-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Generasi milenial punya tantangan yang besar dalam hidup. Bahkan dalam urusan finansial, generasi milenial punya tantangan yang sangat besar untuk dihadapi.
Dalam buku Loving the Wounded Soul disebutkan bahwa generasi milenial adalah generasi paling terdidik sepanjang sejarah manusia. Hanya saja, generasi yang dikenal paling pintar ini memiliki kondisi finansial yang terburuk. Hal ini dipengaruhi oleh masih rendahnya penghasilan yang diperoleh generasi milenial dan berbagai tuntutan hidup yang harus ditanggung. Belum lagi dengan tuntutan utang, cicilan, tanggungan, hingga tunggakan bisa menjadi beban stres yang cukup berat bagi generasi milenial.
Ada baiknya kita selalu membuat perencanaan yang matang soal kehidupan kita. Hidup tak hanya untuk hari ini saja. Sebelum nekat berutang demi gengsi belaka, mending lebih bijak lagi dalam mengatur keuangan. Sesuaikan gaya hidup dengan penghasilan dan isi dompet.
Menuruti Gengsi Itu Tak Akan Ada Habisnya
Mengutip buku MoneySmart Parent: Panduan Praktis Perencanaan Keuangan Orangtua Baru, menurut Prita Hapsari Ghozie, berutang apabila ditujukan untuk hal baik dan produktif tentu saja boleh. Istilahnya debt management. Yang berbahaya adalah bila kita mengambil utang jahat. Utang jahat ini utang yang diambil untuk konsumsi sehari-hari. Mengambil utang untuk konsumsi sehari-hari sangat tidak disarankan.
Menuruti gengsi sungguh tidak akan ada habisnya. Berutang demi menuruti gengsi dan gaya hidup tinggi bakal bikin kita capek sendiri. Jadi daripada makin "menyiksa" diri hidup cuma untuk gengsi, mending lebih bijak atur keuangan dan penghasilan kita. Sambil terus berupaya melakukan yang terbaik agar rezeki kita selalu lancar ke depannya.
#ElevateWomen