Diary Fimela: 12 Tahun Jalani Profesi sebagai Wartawan, Keberanian Nurseffi untuk Resign, dan Mulai Bisnis Sendiri Berbuah Manis

Annissa Wulan diperbarui 01 Feb 2021, 19:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Memulai bisnis sendiri setelah lama bekerja kantoran, mungkin tampak seperti hal yang tidak mudah dilakukan. Namun, bukan berarti tidak mungkin, kan?

Untuk Diary Fimela kali ini, Tim FIMELA berkenalan dengan Nurseffi Dwi Wahyuni yang telah menggeluti dunia jurnalistik sebagai seorang wartawan sejak tahun 2007. Nurseffi memutuskan untuk resign di tahun 2019, tepatnya bulan Oktober.

12 tahun tentu bukan waktu yang sebentar untuk berkarier di satu profesi. Apalagi saat itu, Nurseffi memutuskan untuk resign di saat kondisi kariernya sebagai wartawan sedang sangat baik.

"Banyak yang kaget, bahkan sampai sekarang masih ada yang menyayangkan kenapa waktu itu keluar. Tapi aku percaya, rezeki nggak akan ketuker, tiap orang sudah punya rezeki masing-masing, asal mau usaha dan berdoa," cerita Nurseffi kepada Tim FIMELA.

Diakui Nurseffi bahwa keputusannya untuk resign saat itu juga dilandasi oleh kenekatan dan keinginan untuk mencoba hal baru, yaitu bisnis sendiri. Berangkat dari bekal yang ia dapatkan selama menjadi wartawan, Nurseffi memulai bisnis sendiri bahkan saat belum ada klien yang pasti.

Tapi bukannya tanpa perhitungan sama sekali, Nurseffi sudah memiliki gambaran dan rencana tentang apa yang akan dilakukannya setelah resign menjadi wartawan. Tentu banyak perbedaan signifikan yang dirasakan Nurseffi ketika memulai bisnis sendiri, setelah lama bekerja kantoran.

 

 

2 dari 3 halaman

Nurseffi rasakan perbedaan signifikan dari bekerja kantoran dengan menjalankan bisnis sendiri

Nurseffi Dwi Wahyuni

"Banyak, terutama dari sisi penghasilan. Kan biasanya rutin gajian tiap bulan, tapi sekarang penghasilan ya per proyek."

Ditambah lagi, Nurseffi mengaku harus lebih pandai mengatur semuanya sendiri, mulai dari mencari proyek, meeting, sampai deal dengan klien. Dibandingkan dulu ketika masih bekerja kantoran, jelas sistem sudah disiapkan oleh kantor, menjalani keseharian yang lebih pasti dan rutin.

"Sekarang proses pengerjaan proyek, manajemen tim, mengurus administrasi, sampai manajemen keuangan harus tetap jalan dan prosesnya semua diurus sendiri."

Memulai bisnis sendiri, Nurseffi juga mengaku bisa mempelajari banyak hal baru, karena tantangan dari setiap proyek yang berbeda. Hal-hal seperti, terbiasa bekerja dengan deadline, tidak gampang menyerah, kreativitas, inovasi, dan relasi merupakan ilmu dan pengalaman yang didapatkannya selama bekerja menjadi wartawan.

Bagi Nurseffi, modal utama baginya yang terbiasa bekerja kantoran dan sekarang memulai bisnis sendiri adalah rencana yang jelas. Tidak hanya satu, Nurseffi mempersiapkan beberapa rencana, jika ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai harapan.

"Harus punya planning, jadi kita tahu mau ngapain dan actionnya apa, siapin dari A sampai Z. Selain itu, usaha, keyakinan, dan keberanian."

3 dari 3 halaman

Modal nekat dan perencanaan yang jelas membawa Nurseffi jalani bisnisnya sekarang

Nurseffi Dwi Wahyuni

Keyakinan penting bagi Nurseffi saat dirinya memutuskan untuk resign. Beberapa tawaran pekerjaan pernah datang dengan gaji besar dan posisi yang bagus juga merupakan tantangan terhadap keyakinan Nurseffi untuk menjalani bisnis sendiri.

Selain itu, untuk bisa memulai bisnis, menurut Nurseffi, penting untuk berani mengambil risiko. Proyek pertama Nurseffi setelah resign adalah membuat video untuk ditayangkan di HUT salah satu perusahaan BUMN, yang juga dihadiri oleh jajaran direksi dan karyawan.

"Kurang nekad apa coba aku? Sekarang juga sedang ada proyek buku, aku jadi belajar untuk bikin layout, isbn, sampai urus percetakan, nggak cuma nulis. Aku merasa sekarang aku seperti belajar, tapi dibayar."

Prinsip Nurseffi dalam mengerjakan sesuatu adalah kerjakan seoptimal mungkin. Hasil akan mengikuti, kalaupun gagal, jangan pernah menyerah, karena kita sudah melakukan yang terbaik.

"Untuk mulai bisnis, pilihlah yang sesuai passion dan hal yang kamu kuasai. Bikin rencana dan hitung tabungan, jadi tahu berapa yang dipakai untuk moda, berapa yang dipakai untuk biaya hidup. Kita harus buat target juga, dalam berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk bisnis yang dijalankan bisa stabil."

Tidak mengapa jika masih harus mengumpulkan modal dan takut gagal, semua harus dimulai secara perlahan, menurut Nurseffi di akhir wawancaranya dengan Tim FIMELA. Jadi, siapa dari Sahabat FIMELA yang sudah siap untuk mulai bisnis sendiri?

#Elevate Women