No Recruit List: Menjerat Predator Seksual dan Merangkul Penyintasnya

Ayu Puji Lestari diperbarui 30 Jan 2021, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Kasus kekerasan seksual bukanlah hal baru. Bahkan menurut catatan akhir tahun (Catahu) LBH Apik Jakarta, pada tahun 2020 terdapat 1.178 aduan yang masuk. Hal ini meningkat drastis dibanding dengan tahun 2019 sebanyak 794 kasus. Bahkan pandemi pada tahun 2020 semakin meningkatkan kekerasan seksual berbasis gender (KBGO) meningkat hingga 7 kali lipat.

Kekerasan berbasis gender online ini kerap menjadi ancaman dan menumbuhkan trauma mendalam bagi penyintasnya. Para penyintas KBGO ini mengalami trauma, ketakutan dan rentan mendapat ancaman penyebarluasan data pribadi dan mendapat ancaman kriminalisasi. Korban bisa ditetapkan menjadi tersangka dengan jeratan Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan Undang–Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang ITE dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi.

Mengaca dari hal inilah Poppy R. Diharjo membuat wadah bernama No Recruit List. Apakah itu? Dalam wawancara bersama Fimela (29/01) ia menjelaskan, No Recruit List adalah daftar para pelaku kekerasan berbasis gender berdasarkan aduan korban yang digunakan untuk mengawasi dan membatasi pelaku kekerasan seksual di dunia kerja.

2 dari 3 halaman

No Recruit List Merangkul Penyintas Kekerasan Seksual

Ilustrasi/copyeightshutterstock/HTWE

Dalam form yang diisi oleh pelapor ada hal yang menarik. Ada beberapa bantuan yang ditawarkan  No Recruit List untuk korban. Bantuan yang ditawarkan antara lain; pendampingan hukum, pendampingan psikologis, informasi, support group, dan bantuan untuk speak up kepada publik. Tidak banyak yang tahu, tidak semua korba pelecehan seksual membutuhkan bantuan hukum kadang ia lebih membutuhkan pendampingan untuk membantunya bangkit.

“No Recruit List memberi solusi non litigasi untuk korban agar tidak terluka lagi,” jelas Poppy. Saat kasus viral seringkali kita terlalu fokus pada pelaku dan melupakan korban. Selain menjerat pelaku kekerasan seksual dengan  memasukkan namanya pada daftar yang diawasi NRL juga fokus pada pendampingan pada korban.

Poppy membuat NRL ini sejak Maret 2020. Angka aduan yang masuk pun semakin meningkat. Bahkan Poppy mencatat pada Desember 2020 lalu, terdapat  92 aduan terdiri dari 68 aduan yang terverifikasi dan 17 tercatat sebagai kasus perkosaan.

3 dari 3 halaman

Menjerat Predator dengan Membuat Daftar Pelaku Kekerasan Sesual

Ilustrasi Kekerasan Seksual Credit: pexels.com/pixabay

No Recruit List menerima aduan beserta list pelakunya. Semua data diverifikasi. Yang perlu dipahami tak hanya korban saja yang bisa mengadu di sini, bahkan orang lain yang mungkin melihat kejatan kekerasan seksual ini bisa menulis aduannya. Tim NRL akun melakukan verifikasi untuk menentukan langkah selanjutnya.

Apa semua data yang masuk dalam NRL akan dilaporkan kepada perusahaan tempat  pelaku bekerja? NRL dalam hal ini hanya merekomendasikan. Semua keputusan untuk menindak pelaku ada pada perusahaan.

Langkah yang dilakukan NRL untuk menjerat pelaku kekerasan seksual ini setidaknya memberi angin segar pada penyintasnya. Tak hanya memberi efek jera, tapi juga mengawasi dan membatasi ruang gerak pelaku. Kamu bisa cari tahu tentang No Recruit List ini di akun instagram nya @norecritlist atau email ke: norecruitlist@gmail.com untuk informasi lebih lanjut.

#ElevateWomen