Fimela.com, Jakarta Dunia belum usai berjuang melawan COVID-19. Namun dunia sudah dikhawatirkan dengan virus jenis baru yang disebut sebagai virus nipah.
Virus nipah ini bukanlah virus baru seperti COVID-19. Ia pertama kali dikenali pada 1999 setelah menjadi wabah di Malaysia. Virus ini diyakinin berasal dari kelelawar dan dalam 20 tahun terakhir sudah menjangkit Malaysia, Singapura, India, dan Australia Utara.
Hingga kini belum ada vaksin yang bisa mengatasi virus Nipah. Sehingga angka kematian akibat virus Nipah relatif tinggi, yakni 40%-75%. Tingkat kematian yang cukup tinggi dari virus Nipah dikhawatirkan virus ini bisa menjadi pandemi berikutnya.
Virus Nipah masuk ke dalam daftar salah satu penyakit menular dari 16 penyakit yang diidentifikasi oleh WHO memiliki risiko kesehatan terbesar masyarakat. Bersamaan dengan Mers dan Sars.
What's On Fimela
powered by
Masa inkubasi yang lebih lama
Masa inkubasi dari penyakit ini dilaporkan bisa mencapai 45 hari dalam satu kasus. Sehingga memberi banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi. Tak jarang, mereka yang terinfeksi kerap kali tidak sadar dirinya sudah terinfeksi dan akhirnya menularkan lebih cepat.
Selain manusia, virus ini juga dapat menginfeksi berbagai macam hewan yang membuat kemungkinan penyebaran lebih besar lagi. Penularan virus ini dapat terjadi melalui kontak langsung atau mengonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Seseorang yang sudah terinfeksi virus Nipah mungkin mengalami gejala pernapasan, seperti batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, dan ensefalitis atau pembengkakan otak yang dapat menyebabkan kejang hingga kematian.
Simak video berikut ini
#Elevate Women