Kurang Zat Besi, Tantangan untuk Kemampuan Belajar Anak

Annissa Wulan diperbarui 01 Feb 2021, 08:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan bahwa 1 dari 3 anak di Indonesia mengalami anemia. Data lain menunjukkan bahwa lebih dari 40% anak di negara berkembang menderita anemia dan 50 sampai 60% kasus anemia disebabkan oleh kurangnya zat besi.

Kekurangan zat besi adalah kondisi ketika kadar ketersediaan zat besi dalam tubuh lebih sedikit dari kebutuhan harian. Kekurangan zat besi khususnya pada anak memiliki dampak jangka pendek, maupun jangka panjang, misalnya gangguan pada perkembangan kognitif, motorik, sensorik, dan perilaku, serta emosi.

Terutama saat anak memasuki usia sekolah, kekurangan zat besi akan berdampak pada kurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakmampuan belajar, hingga perkembangan yang tertunda. Zat besi adalah salah satu mikronutrien atau sering juga dikenal sebagai vitamin dan mineral yang sangat penting untuk mendukung kemampuan belajar anak.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Dampak yang bisa terjadi jika anak kekurangan zat besi

Ilustrasi anak. Sumber foto: unsplash.com/Jerry Wang.

Jutaan anak terhambat pertumbuhannya, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah, dan penyakit akibat defisiensi zat besi. Dokumen WHO menyatakan bahwa ada bukti kuat melalui penelitian bahwa kekurangan zat besi dapat terlihat secara menyakinkan menunda perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak prasekolah dan anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Thailand, dan Amerikat Serikat.

Diperkirakan 30 sampai 80% anak di negara berkembang mengalami kekurangan zat besi pada usia 1 tahun. Anak-anak ini akan mengalami keterlambatan perkembangan kognitif, maupun psikomotor, ketika mereka mencapai usia sekolah, mereka akan mengalami gangguan kinerja dalam tes bahasa keterampilan, keterampilan motorik, dan koordinasi, setara dengan defisit 5 sampai 10 poin dalam IQ.

Penyebab kekurangan zat besi yang paling umum adalah pola makan tidak seimbang dan adanya gangguan proses penyerapan zat besi. Ketika anak berusia 1 tahun ke atas dan bisa mengonsumsi makanan rumah, orangtua perlu memastikan konsumsi makanan yang mengandung zat besi secara teratur.

3 dari 3 halaman

Zat besi dapat ditemukan di berbagai jenis makanan dan minuman

Ilustrasi anak. Sumber foto: unsplash.com/Josh Applegate.

Zat besi bisa ditemukan pada daging sapi, ayam, hati, telur, kacang-kacangan, ikan, dan sayuran. Tidak hanya itu, orangtua juga perlu memastikan konsumsi makanan sumber vitamin C untuk mendukung penyerapan zat besi.

Kombinasi zat besi dan vitamin C dapat ditemukan pada makanan dan minuman terfortifikasi zat besi dan vitamin C, seperti susu pertumbuhan untuk anak di atas 1 tahun. Danone Specialized Nutrition Indonesia menyediakan sebuah platform daring untuk membantu orangtua melakukan tes risiko terjadinya kekurangan zat besi pada anak melalui situs generasimaju.

Lewat situs ini, orangtua juga dapat menemukan serangkaian artikel terkait topik nutrisi, termasuk kekurangan zat besi da bagaimana cara mengatasinya. Fitur ini diharapkan dapat menjadi stimulasi yang diperlukan untuk mendukung anak menjadi generasi maju.

#Elevate Women