Fimela.com, Jakarta Diare dan sembelit masalah pencernaan yang paling sering dirasakan, namun jangan disepelekan jika feses berdarah serta terjadi terus menerus. Kedua masalah tersebut merupakan gejalan kanker kolorektal atau kanker di bagian kolon (bagian terpanjang usus besar) atau rektum (area akhir usus besar sebelum anus).
Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, M.Epid, FINASIM, FACP, Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUIRSCM mengatakan gejala penyakit kanker kolorektal seperti diare, buang air tidak tuntas, darah pada tinja, mual, muntah, perut terasa nyeri, kram, atau kembung.
"Penderita kanker ini mengalami diare atau sembelit berulang, dan ada darah difeses," ujarnya dr. Ikhawan dalam konfresi pers secara virtual.
Insiden kanker kolorektal di Indonesia berdasarkan data Globocan 2012 sebesar 12,8 per 100.000 penduduk usia dewasa, dengan mortalitas 9,5 persen dari seluruh kasus kanker. Saat ini, kanker kolorektal di Indonesia menempati urutan nomor 3.
Bahkan, Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan penyebab kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat.
Secara global, kanker kolorektal merupakan jenis kanker ketiga paling banyak pada laki-laki, dan jenis kanker kedua paling banyak pada perempuan. Lebih dari 86% pasien yang didiagnosis dengan kanker kolorektal berusia kurang dari 50 tahun dan asimptomatik.
Secara keseluruhan risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal adalah 1 dari 20 orang (5%). Risiko penyakit cenderung lebih sedikit pada perempuan dibandingkan pada pria. Banyak faktor lain yang dapatmeningkatkan risiko individu untuk terkena kanker kolorektal.
Beberapa faktor yang dapat memicu kanker kolorektal seperti seiring bertambahnya usia, seseorang dengan riwayat penyakit kanker atau polip kolorektal lebih berisiko terserang kanker kolorektal. Begitu juga seseorang dari keluarga yang pernah mengalami penyakitkanker atau polip kolorektal.
Seseorang dengan penyakit yang diturunkan dari keluarga, seperti sindrom Lynch, ada juga radang usus. Dan gaya hidup kurang sehat.
"Kurang olahraga, kurang asupan serat seperti buah-buahan dan sayuran. Makan daging merah berlebihan yang dibakar atau dengan suhu tinggi, serta alkohol dan rokok," paparnya.
Pengobatan kanker kolorektal
Klasifikasi pengobatan KKR dibagi menjadi 3, yaitu pengobatan pada kondisi lokal (awal), lokal lanjut (menengah) dan metastasis (lanjut). Kondisi lokal dan lokal lanjut ini didekati melalui tindakan operasi dilakjutkan dengan kemoterapi tambahan atau pada kanker rectum juga seringkali ditambahkan juga radioterapi atau penyinaran.
Sedangkan pada kondisi metastasisi, didekati melalui tindakan kemoterapi sebagai pengobatan utama, operasi hanya dilakukan pada kondisi penyebaran kanker di satu lokasi dan tidak banyak dan berukuran kecil serta bisa dioperasi atau hanya untuk membuat kantong penampung feses di sekitar perut dengan mengeluarkan kolon atau usus besar ke perut untuk mendiversi atau mengalihkan aliran kotoran ke kantong (kolostomi).
Pengobatan kanker saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan dalam teknologi kedokteran baik dalam bidang diagnosis maupun pengobatan. Saat ini kemoterapi bukansatu-satunya obat yang diberikan untuk pasien kanker kolorektal stadium lanjut.
"Muncul obat-obatan lain yang dikelompokkan dalam terapi target sebagai tambahan pada kemoterapi yang diberikan untukmenambah efektifitas pengobatan yang pada akhirnya diharapkan memperpanjang ketahanan hidup pasien kolorektal yang sudah bermetastasis jauh," ujar dr. Ikhwan
Imunoterapi, sebagai teknologi terbaru dan terupdate untuk kanker, juga telah dibuktikan pada kanker kolorektal setelah dengan melanoma dan paru. Imunoterapi diberikan pada kanker-kanker yang memilikiantigenisitas tinggi. imunoterapi ini dapat diberikan sendirian tanpa kemoterapi.
"Meskipun digunakan pada lini ketiga pada pengobatan kanker kolorektal bermetastasis, namun dapat menjadi pilihan bagi pasien dengan performa yang kurang baik dan tidak bisa menerima kemoterapi," tutupnya.
#elevate women