Kenali Istilah Fast Fashion dan Dampaknya bagi Kehidupan

Fimela Editor diperbarui 26 Jan 2021, 17:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Apakah sahabat fimela pernah mendengar istilah ‘Fast Fashion’ ? Atau pernah mendengar dampaknya bagi lingkungan ?

Fast fashion adalah salah satu penyebab limbah fashion yang merusak lingkungan, seperti menimbulkan polusi air, tanah dan penghasil gas emisi efek rumah kaca yang berdampak pada perubahan iklim. Untuk orang awam, istilah ini adalah istilah baru yang perlu diketahui sebagai upaya mengurangi limbah fashion.

Dilansir dari thegoodtrade.com, fast fashion adalah metode desain, manufaktur, dan pemasaran yang berfokus pada produksi pakaian dalam jumlah besar dengan cepat. Produksi garmen memanfaatkan tren replikasi dan bahan berkualitas rendah untuk menghadirkan gaya yang terjangkau untuk publik. Gaya busana yang mengikuti perpindahan tren ini memiliki jumlah konsumsi yang luar biasa. Sayangnya, hal ini menimbulkan dampak berbahaya bagi lingkungan dan konsumen.

Industri fashion hingga pertengahan abad kedua puluh, mengikuti tren dari empat musim yaitu musim gugur, musim dingin, musim semi, dan musim panas. Seorang desainer akan bekerja selama berbulan-bulan untuk merancang busana setiap musimnya dan memperkirakan keinginan pasar. Metode ini diterapkan pada brand-brand ternama luar negeri.

Tentu butuh perjalanan dan prosedur yang panjang sebelum sebuah produk fashion sampai di tangan konsumen. Pada tahun 1960-an sejumlah perusahaan meneliti karakteristik pemasaran yang cocok bagi konsumen kelas atas. Hasilnya, konsumen kelas atas memiliki kepribadian berpakaian menurut tren yang ada dan berubah terus-menerus. Sehingga perusahaan fashion berusaha keras agar mempercepat proses produksi dan menekan biaya produksi untuk mengejar keuntungan. Namun, ada beberapa dampak buruk dari kecepatan produksi tersebut yang tidak bisa dihindari. Apa saja? 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

1. Kualitas yang rendah

Ilustrasi industri fast fashion | Unsplash.com/Rico Lecatompessy

Fast Fashion lebih mementingkan bagaimana cara agar produk sampai lebih cepat ke tangan konsumen dengan desain yang terbaru. Tentu hasil produksinya akan lebih mementingkan kuantitas dibanding kualitas. Seringkali produk-produk yang gagal produksi lolos pada tahap quality control.

2. Mendukung pola hidup konsumerisme

Selalu menjadi perdebatan beberapa kalangan konsumen Fast Fashion lebih mementingkan keinginan semata dibandingkan kebutuhan. Konsumerisme muncul seiring dengan meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap perubahan dan inovasi, sebagai respon terhadap penanggulangan yang cepat dari hal-hal yang baru. Seperti produk baru. Menurut beberapa orang mengikuti tren lebih penting daripada kebutuhan lainnya.

3. Dampak pada pekerja industri

Banyak perusahaan menekan biaya operasional untuk mengejar harga yang murah dan kecepatan produksi. Sekaligus mengurangi biaya upah untuk pekerja industri. Seringkali pekerja industri harus bekerja dengan cepat atau diluar jam kerja untuk memenuhi jumlah produksi. Namun, kesejahteraan mereka tidak dipenuhi atau upah mereka tidak sebanding dengan kerja keras mereka.

4. Dampak bagi Lingkungan

Industri fast fashion biasanya menggunakan pewarna tekstil yang murah dan berbahaya, sehingga dapat menyebabkan pencemaran air dan beresiko terhadap kesehatan manusia. Bahan yang digunakan seringkali juga membawa dampak yang signifikan bagi lingkungan dan ekosistem.

Poliester adalah salah satu bahan baku yang banyak digunakan industri fast fashion yang berasal dari bahan baku fosil, sehingga saat dicuci akan menimbulkan serat mikro yang meningkatkan jumlah sampah plastik.

Bahan katun yang digunakan biasanya dicampur dengan air dan pestisida dalam jumlah yang sangat banyak, sehingga membahayakan para pekerja dan meningkatkan resiko kekeringan, menciptakan tekanan besar pada sumber air, menurunkan kualitas tanah, serta berbagai masalah lingkungan lainnya.

Industri fast fashion biasanya juga menjadi penyebab menurunkan jumlah populasi hewan, karena kebanyakan dari mereka juga memanfaatkan kulit binatang sebagai bahan baku dan tentunya akan dicampur dengan berbagai zat kimia. Seperti ular, macan, dan hewan lainnya.

Slow Fashion menawarkan alternatif, dengan manufaktur yang cermat, hak tenaga kerja yang adil, bahan alami, dan pakaian tahan lama. Dengan membeli pakaian yang dapat digunakan jangka panjang, kita dapat bertanggung jawab kelestarian lingkungan dan kesejahteraan pekerja.

Penulis: Adonia Bernike Anaya

#elevate women

3 dari 3 halaman

Simak Video Berikut