Kronologis 25 Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac di Bandung Terinfeksi Covid-19

Novi Nadya diperbarui 19 Jan 2021, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Dari 1.620 orang relawan uji klinis vaksin Sinovac di Bandung, sebanyak 25 orang di antaranya sempat terkonfirmasi positif Covid-19. Dengan rincian, 18 orang penerima plasebo atau obat kosong dan 7 orang penerima vaksin.

Ke-25 relawan diketahui terpapar Covid-19 setelah mendapatkan suntikan kedua. Semua relawan uji klinis vaksin sinovac mendapatkan suntikan sebanyak tiga kali.

 

Suntikan kedua dilakukan setelah 14 hari setelah vaksin pertama. Lalu setelah 14 hari, akan diambil darahnya, dilanjutkan pengambilan darah 3 bulan kemudian, dan nanti 6 bulan kembali diambil darah lagi.

Untuk mengetahui bagaimana ke-25 relawan uji klinis vaksin sinovac terpapar Covid-19, harus ditelusuri dulu jejaknya. Sebab antibodi akan muncul tiga bulan setelah suntikan kedua.

Seperti pengalaman Ridwan Kamil yang pertama kali disuntik akhir Agustus, dan suntik kedua sekitar September. Dalam rentang waktu September ke Desember, ada proses terbentuk antibodi.

"Jadi mungkin saja sebelum H30 dia terkena," ujar Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang meminta tidak menggiring opini kasis 25 relawan usi klinis vaksin Sinovac fase III terpapar Covid-19 melansir dari Liputan6.com.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Status Relawan Uji Klinis Vaksin Sinovac Saat Terinfeksi Covid-19

Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Pexels/Artem Podres)

Meski terpapar Covid-19, Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Kusnandi Rusmil mengatakan para relawan yang menerima vaksin tersebut berstatus orang tanpa gejala hingga bergejala ringan. Sedangkan penerima plasebo ada yang bergejala berat. 

Ia juga menjelaskan, terpaparnya sejumlah relawan di Bandung pascapenyuntikan adalah hal wajar. Sebabnya, para relawan tidak dilarang untuk beraktivitas, sehingga bisa jadi mereka bertemu dengan orang yang sudah terpapar virus Corona.

"Ya itulah gunanya penelitian (mengetahui) ada berapa yang sakit supaya kita bisa tahu berapa efikasi dari vaksin tersebut. Kan kita meneliti supaya tahu, manjur tidak vaksinnya," katanya.

Sebagai informasi, hasil selama tiga bulan pertama penelitian vaksin tersebut telah dilaporkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang hasilnya keluar izin penggunaan darurat pada 11 Januari 2021. Kusnandi mengatakan, vaksin Sinovac bisa digunakan karena telah mendapatkan sertifikat emergency use authorization (EUA) BPOM.

Adapun efikasi atau khasiat dari uji klinis di Indonesia mencapai 65,3 persen atau sudah memenuhi syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mewajibkan batas efikasi vaksin untuk pandemi minimal 50 persen.

"Tingkat proteksinya itu kalau kata WHO 65,3 persen bisa digunakan untuk EUA. Syaratnya kan efikasi di atas 50 persen, nah ini sudah 65 persen. Dilihatnya dari mana? Dilihat dari dua minggu setelah penyuntikan terakhir itu, sudah kita bisa lihat bisa digunakan," tutup Kusnandi.

3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#Elevate Women