Dokter 56 Tahun di Amerika Meninggal Setelah 16 Hari Terima Vaksin COVID-19 Pfizer

Vinsensia Dianawanti diperbarui 17 Jan 2021, 12:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Otoritas kesehatan sedang menyelidiki kasus meninggalnya seorang dokter di Miami karena kelainan darah yang sangat parah setelah 16 hari menerima vaksin COVID-19 Pfizer.

Dr. Gregory Michael yang merupakan dokter kandungan dan ginekolog berusia 56 tahun menerima vaksin COVID-19 di Mount Sinai Medical Center pada 18 Desember 2020. Namun, 16 hari kemudian ia meninggal akibat pendarahan otak.

Tak lama setelah menerima vaksin COVID-19, dr. Michael mengalami kondisi yang sangat serius yang dikenal sebagai trombositopenia imun akut yang membuat darahnya tidak membeku dengan baik.

Pihak Pfizer pun juga turut menyelidiki kasus ini. Namun pihaknya yakin untuk saat ini bahwa hal ini tidak ada hubungan langsung dengan vaksin Pfizer.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Tidak ada masalah medis

Ilustrasi Dokter. (Bola.com/Pixabay)

Agen lokal dan federal sedang menyelidiki kematian dr. Michael. Beberapa ahli pun mengatakan kasus ini tidak biasa tapi bisa jadi merupakan reaksi parah terhadap vaksin tersebut.

Menurut Nn. Neckhelmann yang merupakan istri dr. Michael, tiga hari setelah suaminya mendapat vaksin, ia mengalami bintik-bintik kecil kemerahan. Bintik merah ini ternyata merupakan pendarahan di bawah kulit tangan dan kakinya.

Menyadari bintik itu sebagai tanda bahaya, ia pergi ke ruang gawat darurat. Tes darah pun menunjukkan tingkat trombositnya. Komponen darah untuk pembekuan berada pada nilai nol. Ia pun dirawat di unit perawatan intensif dengan diagnosis trombositopenia kekebalan akut.

"Sama sekali tidak memiliki masalah medis. Tidak pernah bereaksi terhadap obat atau vaksin apapun," ungkap Nn. Neckelmann melansir dari NY Times.

dr. Michael merupakan orang yang sehat dan bukan perokok atau minum obat apapun. Dia orangyang rajin olahraga dan selalu mengenakan masker N95 sejak awal pandemi.

3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#Elevate Women