Fimela.com, Jakarta Berdamai dengan kehilangan orangtua di usia belia kadang tidak mudah. Bahkan perasaan duka dan kehilangan bisa berlangsung seumur hidup. Kesedihannya pun kadang masih terbawa hingga dewasa.
Kehilangan orangtua di usia belia adalah situasi yang tak pernah kita inginkan. Tapi jika takdir berkata lain dan kita menjadi yatim piatu di usia belia, kita tetap perlu menjalani hidup ini dengan sebaik-baiknya. Tapi tahukah bahwa pada beberapa kasus, tragedi terbesar bisa membuat seseorang jadi sosok istimewa?
Abraham Lincoln, Gandhi, Michelangelo, dan Mark Twain, seperti yang dikutip dari buku Mendaki Tangga yang Salah, kehilangan orangtua mereka sebelum mencapai usia 16 tahun. Mereka kehilangan orangtua di usia belia. Kehilangan orangtua bisa menjadi hal yang menghancurkan, dengan efek negatif yang besar. Namun, ada teori yang menarik dari peneliti.
Mengubah Tragedi Menjadi Bahan Bakar untuk Berjuang Lebih Keras
Seperti yang ditunjukkan oleh Dan Coyle dalam The Talent Code, para peneliti berteori bahwa tragedi seperti kehilangan orangtua di usia belia menamkan perasaan pada anak bahwa dunia ini tidak aman dan diperlukan energi dan upaya yang sangat besar untuk bertahan. Berkat kepribadian dan situasi tak biasa yang dihadapi mereka yang kehilangan orangtua di usia belia, dampaknya mereka bisa mengimbanginya dengan mengubah tragedi menjadi bahan bakar bagi kehebatan.
Seseorang yang kehilangan orangtua di usia belia bisa mengerahkan energi dan upaya yang lebih besar (atau bahkan bisa secara berlebihan) untuk melakukan sesuatu dalam hidup. Sebuah tragedi bisa saja membuat seseorang berkubang dalam keterpurukan. Namun, bisa membuat seseorang terpicu dan makin termotivasi untuk melakukan hal-hal yang melebihi orang lain.
Selalu ada peluang bagi setiap orang untuk menjadi sosok yang lebih baik dan lebih hebat dalam hidupnya, terlepas dari kesedihan atau tragedi yang menimpanya di usia belia. Hidup tetap layak untuk kita perjuangkan dengan sebaik-baiknya.
#ElevateWomen