Fimela.com, Jakarta Menjadi perempuan sulung, kita memiliki ujian hidup tersendiri. Masing-masing dari kita punya tantangan-tantangan hidup yang perlu kita taklukkan. Walau tak selalu mudah untuk mengatasi setiap masalah yang ada, tapi kita selalu punya ketegaran hati untuk tetap melangkah ke depan dengan kuat.
Berikut ini lima kisah pilihan dari Sahabat Fimela yang sangat inspiratif. Kisah tentang ketegaran perempuan sulung dalam menghadapi lika-liku hidup. Serta kisah perjuangan para perempuan sulung dalam menghadirkan kehidupan yang lebih baik untuk orang-orang tercintanya.
1. Bekerja Berjauhan dengan Suami demi Ibu dan Adik-Adik
"Aku bukan terlahir di keluarga yang segalanya serba mudah. Aku terbiasa tertatih sejak kecil. Aku sulung dari tiga bersaudara. Saat usiaku 22 tahun ayahku berhenti bekerja dan sejak saat itu perekonomian keluargaku turun drastis.
Aku sebagai sulung mau tidak mau harus ikut memikul beban keluarga meskipun hanya sedikit. Umur 25 tahun aku menikah, dengan lelaki yang secara finansial biasa saja. Saat itu aku sudah memulai karierku sebagai trainer di beberapa perusahaan di Jawa Timur. Aku masih tinggal satu atap dengan suami dan orang tuaku saat itu, namun karena orang tuaku sudah tidak bekerja maka akulah yang menanggung kehidupan orang tuaku dan adik-adikku."
Selengkapnya: Perempuan Sulung Tangguh: Demi Ibu dan Adik-Adik, Aku Bekerja Berjauhan dari Suami
What's On Fimela
powered by
2. Berupaya untuk Lebih Mencintai Diri Sendiri dan Memaafkan
"Di keluarga kecil kami, aku adalah anak sulung dengan seorang adik perempuan. Sejak kecil kami sering diperlakukan berbeda. Setiap kali bertengkar, entah itu karena kesalahan adikku atau kesalahanku atau kesalahan kami berdua, aku dituntut untuk selalu mengalah oleh kedua orang tuaku.
Bahkan ada banyak kejadian yang menunjukkan betapa aku seorang kakak perempuan yang baik dan penyayang. Di saat dia menumpahkan garam, aku akan mengatakan pada ibuku kalau aku yang melakukannya. Di saat dia marah dan membanting mainan kami sehingga pecah dan berserakan di lantai, aku akan mengaku kalau aku yang melakukannya. Demikian pula saat dia bermain hingga kecapekan dan muntah, aku akan dengan senang hati membersihkan muntahannya. Aku tak ubahnya malaikat pelindung yang takut dia sengsara. Sewaktu kecil, aku fine-fine saja dengan itu semua."
Selengkapnya: Memaafkan Memang tidak Mudah, tapi Maaf Memudahkan Langkahku
3. Menjadi Perempuan Dewasa tanpa Ibu
"Aku hampir lupa bagaimana wajah ibu. Beliau sudah meninggalkanku sejak 20 tahun yang lalu, saat aku masih di bangku kuliah awal. Rasanya hanya sebentar saja ibu di dunia ini, bahkan aku tidak sempat membalas budi baiknya.
Aku harus membuka album untuk mengingat kembali wajah ibu. Lekukan garis dan senyuman indahnya. Hanya saja aku tak akan pernah lupa dengan apa yang beliau tanamkan sejak aku kecil bahkan sejak aku dalam kandungan hingga aku jadi seperti ini."
Selengkapnya: Tumbuh Dewasa tanpa Ibu Membuatku jadi Perempuan Sulung yang Lebih Tegar
4. Berusaha Tetap Kuat setelah Kepergian Ayah
"Demi mewujudkan harapan kedua orangtua, aku harus kuat dan tegar menerima kenyataan meskipun aku merasa sangat kehilangan. Di saat merasa terpuruk dan sedih, aku tidak boleh terlena dan harus segera bangkit. Jika aku hancur, siapakah yang harus menjadi pondasi keluarga ketika ibuku sangat terpuruk karena kehilangan belahan jiwanya dan adikku yang belum cukup umur untuk bisa menerima kenyataan pahit ini?
Tanggung jawab itu harus kuambil dan kujalani karena sudah selayaknya anak pertama adalah anak yang terkuat dan paling dapat diandalkan. Jika bukan karena pertolongan Tuhan, mungkin aku juga tidak akan kuat menahan beban dari ujian yang datang dengan sangat tiba-tiba ini. Aku sangat bersyukur karena masih berpegang kuat pada imanku dan meyakini bahwa ada rencana Tuhan yang lebih indah di masa depan."
Selengkapnya: Terlahir sebagai Perempuan Sulung, Aku Tak Terbiasa Meratapi Cobaan Kehidupan
5. Berupaya Menjadi Kakak yang Lebih Baik
"Aku sebagai kakak merasa gagal. Harusnya aku lebih lembut dan gigih berjuang mendidik kedua adikku. Lagi-lagi kendala waktu dan pengalaman membuatmu tidak maksimal. Perhatianku terbagi atas kebutuhan diri sendiri dan tuntutan menjadi kakak yang baik.
Akhirnya aku terus menunjukkan usaha positif. Aku seolah kawan kala mereka berbagi cerita atau butuh bantuan. Kami memulai kerja sama antar saudara dengan baik."
Selengkapnya: Korbankan Sebagian Hidup, Perempuan Sulung Lakukan yang Terbaik demi Adik-Adik
Semoga apa pun ujian dan cobaan hidup yang kita hadapi saat ini bisa kita atasi dengan baik, ya. Bersedih secukupnya. Jika merasa lelah dengan kehidupan, tak apa untuk mengambil jeda dan beristirahat sejenak. Setelah itu, perlahan kembali bangkit dan melangkah ke depan untuk hidup yang lebih baik.
#ElevateWomen