Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Rhey Kanakava
Ketika sekarang aku sudah menjadi ibu untuk anak perempuan berusia delapan tahun berambut sebahu yang super cerewet dan menggemaskan, tak ayal menjadi salah satu bagian kehidupan yang sangat aku syukuri. Meskipun aku menjalaninya berdua saja sebagai ibu tunggal yang harus berjibaku mencari nafkah serta mengasuh seorang anak setelah tidak terikat dalam perkawinan lagi. Sebut saja aku emak janda beranak satu.
Kehidupan tidak selalu menawarkan kemudahan untuk aku jalani sebagai emak janda. Janda dengan segala stigmanya. Mau baik seperti apa pun, tetaplah ada kekurangannya. Mencari nafkah hingga pulang larut malam jadi bahan gosip kiri-kanan. Berdandan cantik dan berusaha ramah berujung sungutan sengit dan lirikan penuh kecurigaan. Menutup diri dari pergaulan juga tetap salah di mata orang. Di satu sisi aku tetaplah seorang perempuan dengan kelembutan dan sisi yang lain harus bersemangat pantang menyerah bak seorang ayah.
Hadiah Terindah
Mengampu dua tanggung jawab dalam satu waktu itu luar biasa rasanya. Tapi jangan dikira hidupku selalu menyedihkan dan bermuram durja. Tentu tidak. Menjadi seorang ibu dengan takdir bahagia setiap harinya adalah visi hidupku. Bukan untuk satu atau dua hari saja tapi untuk setiap hari yang kulewatkan untuk bertumbuh menua, menuju kerut bersahaja dan kemilau rambut berwarna putih yang berkilau diterpa sinar matahari.
Cita-cita ini sederhana tapi ada alasan kenapa aku memilih takdir bahagia. Karena aku yakin seorang ibu yang berbahagia akan membesarkan anak yang berbahagia pula. Aku masih ingin membersamainya hingga anakku dewasa nanti. Melihatnya menggapai cita-cita dan selalu menjadi pendukung terbaik dari setiap impiannya. Kujalani setiap waktu bersama demi menorehkan memori yang akan dikenangnya dengan hati suka cita penuh syukur. Apalagi yang bisa kutinggalkan suatu hari nanti selain kenangan yang baik tentang ibunya. Satu-satunya orang tua yang dimilikinya.
Tetap Berjuang demi Buah Hati Tercinta
Monkeys see monkeys do. Pada akhirnya sang anak akan meniru bentuk pengasuhan yang diberikan kepadanya. Ketika banyak kasih sayang yang dicurahkan kepadanya dari si ibu, maka ia akan kembali dengan kasih sayang yang tidak akan diduga. Meskipun bentuknya jauh dari kemewahan serupa berlian, tapi ketika menerimanya justru senyum bahagia yang akan terlukis tanpa diminta. Dan sedikit air mata, tentu karena bahagia. Contohnya kejutan di Hari Ibu berupa kartu ucapan yang dibuatnya diam-diam. Menerima kertas terlipat di saat membuka mata kemudian membacanya saja membuat hati menghangat dan pipi mengembang. Sejurus melihat binar bola mata yang memedar karena tidak cukup sabar melihat tangan sang ibu membuka lipatan. Ah... romantisnya.
Mungkin menjadi emak janda satu anak dalam beberapa tahun ini membuatku lupa rasanya jatuh cinta, tapi syukur alhamdulillah aku tidak pernah lupa rasanya dicintai dengan kasih yang tulus dari makhluk yang hadir karena cinta. Yang selalu membisikkan kata, “Aku sayang Mimi,” sembari mencium pipi tapi tak lupa tangannya menengadah meminta uang jajan. Hahaha... untuk yang satu ini senyuman lebarku berubah menjadi senyum ikan Koi.
Hai bunda, mama, mami tersayang... Selamat Hari Ibu. Jangan lupa tersenyum dan berbahagia apa pun statusmu, pekerjaanmu, kehidupanmu. Kamulah pahlawan buah hatimu.
#ElevateWomen