Fisik Lemah Bukan Halanganku Wujudkan Banyak Impian, Semua Berkat Mama

Endah Wijayanti diperbarui 07 Jan 2021, 11:07 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh: Intan Siti Noer Rita Daswan

Terlahir dengan kondisi fisik yang lemah menjadikan tubuhku begitu ringkih. Dari sejak bayi hingga remaja, aku tidak pernah absen menginjakkan kaki di rumah sakit, bertemu para dokter dan juga menelan pahitnya obat-obatan. Bahkan karena lelahnya menyandang predikat penyakitan, aku sering berputus asa dan tak punya lagi semangat untuk hidup.

Seringkali aku menangisi keadaanku. Tapi, Mamah selalu bisa menghapus air mataku dan menggantikannya dengan senyum penuh keyakinan. Kala itu, aku tahu Mamah selalu menyembunyikan rasa sedih, khawatir, dan takut akan kondisiku. Mamah selalu membalutnya dalam senyuman di hadapanku. Meskipun seringkali aku melihat tangisnya tak terbendung di setiap sujud panjang di sepertiga malam.

Mamah juga tak pernah lelah mengingatkanku untuk bersyukur atas apa yang aku alami. Mamah pun meyakinkanku kalau sakitku ini bukan penghalang untuk bisa meraih impian. Mamah juga yakin aku pasti bisa sembuh dan terlepas dari rutinitas medis. Padahal waktu itu, dokter sendiri telah memvonis kalau aku tidak bisa sembuh total dan harus bergantung terus dengan obat.

Kata itu mantra, apalagi terucap dari mulut seorang ibu. Dengan kondisi kesehatan yang tidak sama dengan kebanyakan anak-anak lain, aku bisa mewujudkan impian demi impian. Aku yang selalu sakit-sakitan, selalu mendapat peringkat 3 terbaik dari mulai SD hingga SMA. Bahkan aku pun bisa mewakili sekolah mengikuti Lomba Menulis dan juga Lomba Membaca Cepat.

2 dari 2 halaman

Senyuman Terakhir Mamah yang Akan Terus Kukenang

Bersama Mamah./Copyright Intan Siti Noer Rita Daswan

Tidak hanya itu, tepat ketika aku duduk di kelas X SMA, aku bisa benar-benar hidup tanpa obat-obatan, jarum suntik dan rumah sakit. Selepas lulus dari SMA, aku semakin berani menjemput impian demi impian. Mulai dari menjadi guru privat sekaligus memiliki lembaga bahasa, menerjemahkan artikel, tour guide, mengajar bahasa Indonesia kepada orang-orang asing, menerbitkan buku, hingga berbagi inspirasi kepada orang lain, mulai dari anak-anak, orang tua, para guru dan juga dosen.

Terkadang aku tidak percaya semua ini terjadi pada diriku. Aku yang dulu sempat tidak percaya diri, takut untuk bermimpi, dan memiliki mental pecundang lainnya, saat ini mampu melangkah tegap dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan.

Semua karena Mamah. Mamahlah orang yang selalu tersenyum sambil mengusap punggungku dan mengatakan kalau beliau yakin aku bisa meraih semua impianku. Mamah selalu memberikan senyuman penuh keyakinan ketika aku berada di titik nadir. Senyuman dan kata-kata Mamah selalu tersimpan rapi dalam memori kehidupanku. Menjadi suntikan semangat bahkan hingga detik ini.

Namun, kalau boleh aku bersedih, impian terbesar dalam hidupku tak akan bisa terwujud. Impianku untuk membahagiakan Mamah hanya tinggal impian. Sang Maha Penyayang jauh lebih mencintai sosok luar biasa ini. Mamah kembali ke pangkuan-Nya dengan senyuman terindah yang terakhir aku lihat di foto yang terkirim 5 menit sebelum beliau tiada.

Ya, Mamah pergi tanpa sakit. Mamah pergi secara mendadak. Dan, yang membuatku terhenyak dan tak percaya, Mamah kembali kepada Sang Khaliq ketika beliau akan mengunjungi dan berniat tinggal denganku. Tak mudah bagiku untuk menerima kenyataan ini. Pemilik senyuman terindah itu telah tiada. Saat ini, aku hanya bisa melangitkan doa agar Mamah bisa selalu tersenyum di alam sana. Aku rindu senyumanmu, Mah!

#ElevateWomen