Studi Baru: Menjalani Aktivitas Online Terus Menerus Erat Kaitannya dengan Tingkat Stres yang Tinggi

Annissa Wulan diperbarui 07 Jan 2021, 11:05 WIB

Fimela.com, Jakarta Pandemi membuat segala aktivitas menjadi sangat terbatas, terutama dengan kebijakan sebaiknya di rumah saja. Mau tidak mau segala aktivitas beralih ke online, membuatmu terus menerus memeriksa ponsel dan laptop.

Terus menerus memeriksa layar gadget juga memunculkan kebiasaan baru yang disebut kewaspadaan online dan sebuah penelitian baru mengatakan bahwa itu buruk untuk otak. Studi yang dipublikasikan di Human Communication Research mengamati lebih dari 1.800 orang dalam 3 studi.

Di sini para peneliti menemukan adanya hubungan besar antara seberapa banyak subjek memantau kehidupan online dan seberapa stres mereka. Kewaspadaan online berarti 3 hal, kamu terus menerus meemikirkan dunia online, kamu mengamatinya sepanjang waktu, dan kamu langsung bereaksi terhadap pemberitahuan yang masuk, seperti dilansir dari bustle.com.

 

 

2 dari 3 halaman

Aktivitas online terus menerus erat kaitannya dengan tingkat stres

Ilustrasi stres. Sumber foto: unsplash.com/Jeshoots.

Sayangnya, gaya hidup sepertti ini telah menjangkiti jutaan orang yang berusaha bertahan selama pandemi dan pekerjaanmu mungkin juga sebenarnya membutuhkannya. Studi di atas menemukan aktivitas ini bisa membuat otak stres.

Bukan jumlah email di kotak masuk yang melukai kemampuan otak dalam mengatasinya, bahkan dibanjiri oleh pemberitahuan sebenarnya tidak menimbulkan stres. Namun, terhubung secara permanen berarti kamu lebih cenderung melakukan banyak tugas untuk menangani semua informasi yang masuk sekaligus, ini dapat membanjiri pusat perhatian otak dan meningkatkan stres.

3 dari 3 halaman

Aktivitas online terus menerus erat kaitannya dengan tingkat stres

Ilustrasi stres (iStockphoto/hobo_018)

Menurut sebuah studi di tahun 2014, multitasking sebenarnya mengecilkan area yang disebut anterior cingulate cortex dan penyusutan ini bisa membuat kamu lebih sulit mengambil keputusan secara cepat. Selain itu, mendedikasikan sumber daya kognitif untuk komunikasi online membuatmu tidak lagi memiliki sumber daya kognitif yang cukup untuk menangani tuntutan situasional.

Koneksi dalam 24 jam 7 hari juga akan membuat otak sangat sensitif terhadap suara dan sinyal pemberitahuan. Ini bisa membuatmu merasa kesal, panik, dan bersalah jika tidak menanggapinya dengan cepat.

#Elevate Women