Kini Aku Tenang karena Mama Tak Lagi Mengalami Smiling Depression 

Endah Wijayanti diperbarui 29 Des 2020, 11:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.

***

Oleh: Ranti Uli

“Halo, Ma! Mama apa kabar?”

Begitu tanyaku untuk mengawali pembicaraan setiap kali melakukan video call dengan mamaku. Dan ketika aku mendengar mama refleks menjawab, “Kabar mama baik," aku akan kembali bertanya, “Really?”

Setiap kali aku bercerita tentang kesehatan mental mamaku pada abang atau adikku, mereka selalu bilang bahwa mama baik-baik saja. Buktinya, setiap kali ditelepon, mama selalu menunjukkan senyum manisnya. Namun, aku selalu tahu ada yang tidak baik-baik saja pada diri mama.

Mama memang sangat senang tersenyum. Untuk orang-orang yang tidak mengenal mama dengan baik, pasti akan mengira mama tidak pernah punya masalah. Orang hanya tahu mama orang yang baik dan tenang karena yang mereka lihat setiap kali bertemu mama ialah senyumnya. Dengan lesung pipit di pipi kirinya, senyum mama memang jadi salah satu hal istimewa pada dirinya.

Namun seperti ada yang mengganjal setiap kali aku mengenang senyum mama karena aku tahu, mama tidak selalu baik-baik saja. Makanya, aku sering sekali meminta mama untuk bercerita apa saja. Awalnya tidak mudah membuat mama menunjukkan “wajah asli” di balik senyumnya. Mama suka menutupi semua masalah, keluh kesah, amarah, dan kekecewaan dengan senyuman. Itu semua sangat berdampak pada mentalnya.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Smiling Depression

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/photographeeeu

Suatu kali aku mengikuti webinar yang diisi seorang psikolog luar negeri yang membahas tentang kesehatan mental. Salah satu materi yang dipaparkan psikolog ini adalah tentang smiling depression. Psikolog tersebut menjelaskan smiling depression sebagai kondisi seseorang yang suka menutupi depresinya dengan senyum.

Orang dengan smiling depression mau tampak senang atau bahagia di luar, dan tidak mau ada orang yang tahu bahwa dia sedang depresi. Alasannya banyak, bisa karena malu atau tidak mau mengecewakan atau bikin khawatir orang lain.

Dheg! Ketika aku mendengar pemaparan psikolog itu, pikiranku langsung tertuju pada senyum mama. Aku lalu bertanya pada diriku sendiri, “Apakah selama ini mama mengalami depresi? Apakah senyumnya memang untuk menutupi depresinya?”

Aku bingung dan takut setengah mati. Aku ingin sekali membahas tentang ini dengan mama, tapi aku tidak tahu harus memulai dari mana. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk bercerita tentang kondisiku pada mama. Sebagai orang yang rentan stres, aku memang selalu bergumul dengan topik kesehatan mental. Beberapa kali, aku menemui psikolog untuk menjaga kesehatan mentalku. Lantas, aku menceritakan ini pada mama.

Seperti yang kuduga, mama tampak terkejut. Obrolan kesehatan mental memang masih tabu bagi keluarga kami. Tapi aku tahu aku harus mulai membicarakan ini dengan mama.

Proses ini tidak instan. Butuh berbulan-bulan sampai aku dan mama bisa menyamakan persepsi mengenai kesehatan mental. Setelah enam bulan dan puluhan video call, kami bisa jujur bicara tentang kesehatan mental kami masing-masing. Mama bahkan mau berkonsultasi dengan psikolog secara online dan berjuang mengatasi depresinya.

Sekarang mama bukan lagi orang yang selalu tersenyum. Mama bisa mengekspresikan dirinya ketika tidak nyaman, sedang kesal atau marah, bahkan saat sedih. Mama tidak lagi menutup-nutupi isi hatinya dengan senyuman di bibirnya.

Tapi aku sangat bahagia dan lega. Walaupun tidak lagi selalu tersenyum, setidaknya mamaku tidak lagi mengalami smiling depression. Senyummu memang indah, Ma, tapi jangan jadikan itu masker yang menutupi kondisi mentalmu.

#ChangeMaker