Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Desri
Tahun 2020 adalah tahun keempat saya belajar menjadi seorang ibu. Tahun ini menjadi sangat berbeda. Pandemi mengharuskan semua orang untuk bertahan di rumah, belajar di rumah, bekerja di rumah.
Dua, tiga bulan pertama semuanya berjalan lancar. Namun November lalu, saya merasa sedang tidak baik-baik saja. Beban pekerjaan dan tugas sebagai seorang ibu sekaligus istri terasa sangat berat, kejar-kejaran setiap hari. Saya merasa sangat lelah dan mudah sekali tersulut amarah.
Saya sudah berusaha untuk bersabar namun seringkali meluap begitu saja. Bahkan dengan mudahnya menyalahkan saat anak melakukan sedikit kekeliruan. Tuhan Maha Baik, Tuhan ingatkan saya bahwa tidak semua orang diberikan kesempatan menjadi seorang ibu. Bahkan, ketika kesempatan itu datang, banyak yang kehilangan dengan cepat. Saya menangis, saya tidak ingin membuat goresan luka yang membekas pada si kecil.
What's On Fimela
powered by
Teringat Kasih Sayang Ibu
Ingatan saya memutar rekaman 20 tahun silam, pada memori masa kecil bersama ibu saya. Saya meresapi ingatan tersebut, ada satu hal yang hati saya yakini bahwa ibu saya tidak pernah berteriak menyalahkan apalagi bersikap kasar kepada saya. Ya, mungkin saja ibu juga merasa lelah, mungkin saja ibu juga butuh hiburan, mungkin saja ibu jengkel dengan tingkah laku saya saat masih kecil. Namun, saya ingat, ibu selalu menyapa dengan senyuman. Ibu sering menangis, namun bukan menyesali dan mengeluh seperti saya saat ini, melainkan ibu menangis dalam doa untuk kebaikan anak-anaknya.
Hari Ibu tahun ini terasa sangat berbeda. Mungkin saya merasa jenuh, lelah, kesal, namun hal tersebut tidak menjadi alasan menyalahkan keadaan. Yang saya lakukan adalah fokus pada solusinya.
Anak adalah bagian terkecil dalam keluarga yang juga ingin dianggap keberadaannya. Sementara saya sebagai orang dewasa kerap merasa bahwa apa yang kita lakukan terbaik untuknya, kerja, mencari uang, berkarier, dan sebagainya. Sementara, kebahagiaan anak ternyata sangat sederhana, yaitu ketika melihat ibunya terus mendampingi dengan penuh senyuman apa pun yang terjadi. Selamat Hari Ibu.
#ChangeMaker