Fimela.com, Jakarta Wacana punya bisnis bareng teman sekolah jadi salah satu bahasan menarik saat ngobrol dengan teman-teman SMA di zamannya. Namun rencana khayal-khayal dalam pertemanan di masa sekolah direalisasikan oleh dua sahabat yang juga saling kenal saat SMA Winda Kartika dan Remita Mayana lewat bisnis fashion.
Memang keduanya tak langsung membangun bisnis selepas SMA, setelah lulus kuliah masing-masing memulai kariernya dari bekerja kantoran sampai BUMN. Namun selama menjalani kehidupan masing-masing, kedunya tetap terkoneksi dalam kegiatan sosial seperti berdonasi dan membantu sesama yang sudah dilakukan sejak SMA.
Sering menjadi volunteer dalam kegiatan charity, awalnya mereka ingin memiliki pemasukan yang di luar gaji bulanan untuk diberikan pada orang yang membutuhkan. Dan dilakukan dengan cara memberdayakan orang-orang yang juga membutuhkan.
"Kesamaan visi tersebut jadi trigger untuk bisnis bareng. 2018 kami mulai jual scarf secara online di ecommerce fashion lalu berkembang ke produksi lace dress tapi enggak mau hijact penjahit profesional dari butik atau brand. Setelah melakukan pencarian, kami memutuskan untuk rekrut penjahit rumahan dan ibu rumah tangga," ujar Strategic Marketing Director Winda Kartika saat ngobrol via telepon bareng Fimela.
Keduanya berbagi peran, Maya mengambil posisi sebagai desainer dan Winda fokus pada pengembangan bisnisnya. Ia pun mencoba memasukkan dress lace MW ke multi-vendor fashion retailer yang mengkurasi ragam label lokal Dresshouse.
"Sempat ditolak, tapi hal itu bikin kami belajar lagi membuat dress sesuai standar dengan tingkat kerapian lebih tinggi. Kami juga beri training untuk penjahit dan ibu-ibu yang memasang payet agar lolos kurasi gaun pesta di kelas premium sampai akhirnya berhasil masuk di Dresshouse," kenang Winda bersemangat.
Menembus Department Store
Mental sebagai entrepreneur sudah mulai tertempa, Winda dan Maya pun mempersiapkan diri untuk meluaskan dan mengembangkan pasar di luar penjualan online. Mereka menyadari para konsumen tetap membutuhkan pengalaman merasakan produk fashionnya secara langsung.
Hingga akhirnya tak butuh waktu lama, dress lace MW bisa menembus department store di mal high-end Jakarta yang dikenal dengan luxury brand-nya, Plaza Senayan pada tahun 2019. Pilihan mal di Jakarta Selatan juga menjadi strategi untuk mendekatkan diri pada target konsumen MW.
"Happy banget bisa display lace dress kami di Metro PS bareng Dresshouse. Kami ingin konsumen bisa merasakan langsung, menyentuh sampai mencobanya. Penjualan lace dress di Natal 2019 oke banget sampai Januari 2020, tapi mulai PSBB Jakarta mulai ada penurunan," lanjut Winda.
Namun hal itu tidak menggoyahkan semangat duo Winda-Maya, apalagi mereka memiliki tanggung jawab pada timnya agar produksi dan penjualan terus berjalan. Setelah memutar otak, keduanya sepakat membuat lini fashion kedua yang menawarkan baju bergaya loungewear yang menjadi tren di masa pandemi Covid-19.
"Saat PSBB awal semua orang seperti kebingungan, begitu juga kami, apalagi bisnis fashion yang berjenis baju pesta. Hingga akhirnya memutuskan bikin line baju kasual tapi tetap premium dan nyaman, sebab itu kami pilih bahan silk premium bukan rayon. Dipakai di rumah atau kalau tiba-tiba harus pergi enggak perlu disetrika karena anti-lecek," cerita Winda lagi.
Belajar Gratis di Masa Pandemi
Sebelum akhirnya merilis MW daily lewat koleksi loungewear pada bulan Juli 2020, Winda pun melakukan riset untuk memperkuat brand keduanya. Sebab ia tak hanya ingin ikut-ikutan tren loungewear yang memang sudah booming.
"Mulai dari pemilihan material, pattern, dan warna dan yang pasti kenyamanan karena tagline kami Feel Good. Jawabannya piyama lengan pendek dan short dengan motif floral dan warna basic paling diinginkan," cerita Winda.
Meski memakai material premium, ia tidak mematok harga tinggi untuk koleksi loungewear. Sebab memahami jika selama pandemi ini alokasi semua orang terbagi dengan bujet kesehatan yang pasti diutamakan.
"Meski mahal sedikit dari loungewear yang pakai fabric rayon dan sejenisnya karena kualitasnya. Tapi kami pasti menambahkan sesuatu seperti memberi bonus scrunchie senada untuk mempercantik penampilan," promo Winda.
Mereka pun bersyukur bisa bertahan di masa pandemi dengan tetap berinovasi dan dapat memberi kompensasi tanpa pengurangan tim. Serta tetap bisa menyisihkan 10 persen dari penjualan untuk didonasikan pada yang membutuhkan.
"Enggak memungkiri kalau pendapatan sempat turun, tapi kami bisa bertahan saat banyak orang kolaps. Masih bisa sewa di Metro, bikin produk baru, dan bisa memenuhi tanggung jawab pada tim. Ada perasaan berguna bagi orang lain, karena dari awal emang bisnis kami enggak cuma mikirin profit dan money oriented, tapi tetap bisa berguna dan berbagi sama banyak orang," tutup Winda.
Selain itu Winda ingin membuktikan jika semua orang bisa mulai usahanya masing-masing selama tetap mau belajar. Salah satunya dengan memanfaatkan webinar gratis di masa pandemi dengan banyak topik yang relate dengan bisnis fashion-nya dari digital marketing, kebiasaan konsumen, sampai mengatur keuangan dari narasumber yang kompeten di bidangnya.