Fimela.com, Jakarta Anak usia dini dengan rentang usia 0-6 tahun dianggap sebagai usia emas (golden age), karena merupakan masa yang sangat menentukan seperti apa kelak jika anak menjadi dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan.
Mereka memiliki pola tumbuh kembang meliputi aspek fisik, kognitif, sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
Melihat hal tersebut, pendidikan untuk anak usia dini (PAUD) berperan penting dan menjadi investasi jangka panjang bagi masa depan bangsa. Penting bagi guru, orang tua untuk memahami kebutuhan gizi anak dan jangan sampai anak salah gizi akibat konsumsi makanan termasuk konsumsi susu yang kandungan gizinya tidak layak untuk anak.
“PAUD seharusnya menjadi tempat yang membawa perubahan gizi bagi anak. Saya harapkan semua PAUD kedepannya memiliki program makanan sehat sehingga bisa memenuhi kebutuhan gizi anak. Bagaimanapun, apa yang dimakan oleh anak tergantung orang tua dan guru. Jadi kalau kita mau anak kita gizinya baik, berarti kita bicara kompetensi guru dalam hal gizi dan kesehatan” ujar Ketua Umum PP HIMPAUDI, Prof Dr Netti Herawati.dalam siaran pers Himpunan Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI).
Salah satu kebiasaan makan anak yang sering abai diperhatikan adalah asupan gula pada anak. Bila dihitung, dalam satu hari anak-anak bahkan bisa mengkonsumsi gula hingga ¼ kg.
Selama ini kita beranggapan gula secara harfiah. Tapi gula itu adalah glukosa yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi anak, coklat, permen, kue, snack belum lagi jika anak diberi susunya susu kental manis. Anak memang mengatakan kenyang, tapi bukan kenyang yang sesungguhnya. Karena itu anak menjadi terbiasa mengkonsumsi makanan manis,” jelas Netti.
What's On Fimela
powered by
Makanan manis pengaruhi tumbuh kembang anak
Dr Moretta Damayanti SpA(K), M.Kes anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengatakan kebiasaan konsumsi makanan manis pada anak, dapat berdampak buruk pada tumbuh kembang anak.
“Gula menyebabkan anak menjadi kenyang dan efek lanjutannya tumbuh kembangnya terhambat. Apalagi pada anak yang mengkonsumsi kental manis. Bila orang tua merasa dengan susu saja sudah cukup, maka anak berisiko kurang gizi. Namun bila anak yang mengkonsumsi kental manis masih suka makan dan ngemil, bahayanya adalah obesitas,” papar Dr Moretta Damayanti.
Karena itu, untuk anak usia dini, juga penting diajarkan apa yang harus dimakan dan apa yang harus dihindari. “Yang juga penting untuk dipahami orang tua adalah dalam memberikan asupan gizi untuk anak bukan sekedar anak menjadi kenyang, tapi juga harus ada lemak dan proteinnya, karena ini penting untuk tumbuh kembang anak,” ujar Dr Moretta Damayanti.
Hati-hati pula dalam mengonsumsi kental manis. Dilihat dari kecukupan gizi, 13,4% anak yang mengkonsumsi kental manis mengalami gizi buruk, 26,7% berada pada kategori gizi kurang dan 35,2% adalah anak dengan gizi lebih.
“Dari masih tingginya persentase ibu yang belum mengetahui penggunaan kental manis, terlihat bahwa memang informasi dan sosialisasi tentang produk kental manis ini belum merata, bahkan di ibukota sekalipun,” imbuh Arif Hidayat
#changemaker