Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Nitis Sahpeni
Almarhumah ibu akan selalu tersenyum saat melihat keberhasilan anak-anaknya. Salah satunya, ketika lima orang anak yang dibesarkannya telah lulus menjadi seorang sarjana. Begitu pua saat buah hatinya mendapat pekerjaan yang layak. Bahagia, bangga, dan senyuman akan selalu menghiasi wajah ibu. Namun, satu hal yang akan selalu menjadi kenangan terindah adalah saat perempuan yang melahirkanku itu menerima gaji pertamaku sebagai seorang wartawan.
Senyum lebar menghias bibir perempuan paruh baya yang kupanggil ibu. Salah satu momen senyum paling kukenang dari almarhumah ibu adalah saat menerima gaji pertama yang kuperoleh sebagai seorang jurnalis. Senyuman itu seolah tak pernah lepas. Mungkin ada rasa bahagia, bangga, dan haru yang menyelimuti hati perempuan yang telah melahirkanku itu. Bagaimana tidak? Satu tahun setelah lulus menjadi sarjana, pekerjaan yang kujalani belum memberi penghasilan yang memadai. Sebagai seorang mentor di lembaga pendidikan di kotaku, honor yang kuperoleh dalam sebulan di angka Rp150 ribu hingga Rp200 ribu. Bahkan, pernah selama sebulan hanya mendapat Rp33 ribu karena hanya sekali mengajar.
What's On Fimela
powered by
Semoga Ibu pun Tersenyum di Sana
Setelah menjadi seorang jurnalis, gaji yang kuperoleh cukup lumayan bagi lajang yang mendapat pekerjaan sesuai dengan cita-cita dan harapan. Begitu juga dengan ibuku, meskipun mengatakan secara langsung tentang perasaannya, tetapi aku tahu jika ibu bahagia dengan pekerjaanku. Sering kudengar ibu bercerita kepada tetangga, teman, dan kerabat yang bertandang ke rumah, bahwa anaknya sudah menjadi seorang wartawan. Bekerja membuat berita.
Mengenang momen saat ibu menerima gaji pertamaku itu membuat aku merindukan ibu yang telah lama berpulang kembali kepada Sang Pencipta, pemilik kehidupan. Menerima gaji pertama sebagai jurnalis media lokal di kotaku pada tahun 2009 lalu. Sebagian besar kuserahkan kepada ibu. Kebahagiaan dan rasa bangga terpancar dari matanya. “Kok banyak?” kata ibu. Aku mengatakan, sebagian besar untuk ibu karena aku masih lajang, belum banyak kebutuhan. Senyuman yang mengembang kala itu, akan selalu menjadi kenangan indah olehku. Semoga ibu damai dan tenang di alam keabadian. Aku akan selalu merindu senyuman itu. Al Fatihah.
#ChangeMaker