Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Oci
Ibuku mengalami keterbatasan ingatan akibat penyakit skizofrenia yang dideritanya. Ibuku bernama Nurjanah (58 tahun) adalah seorang guru agama. Ibuku mengalami gangguan jiwa dari sejak melahirkanku.
Keadaan jiwa yang semakin memburuk juga membuat ibuku berpisah dengan ayahku pada aku umurku yang masih 3 tahun. Hak asuh anak pun beralih kepada ayahku dan aku pun bersama kakakku tinggal bersama ayahku. Dari semenjak itu aku pun dan kakakku tidak bertemu ibu lagi bertahun-tahun.
Ada beberapa hal bersifat pribadi yang membuat ibuku menjadi penyintas skizofrenia. Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, waham, kekacauan berpikir, dan perubahan prilaku. Hingga akhirnya pada waktu aku berumur 24 tahun aku bertemu ibu dan menjadi caregiver ibuku. Ibuku keluar masuk Rumah Sakit Jiwa Cisarua Bandung, kabur-kaburan hingga tak bertemu denganku lagi bertahun-tahun.
Lalu pada usiaku yang 28 tahun aku bertemu kembali dengan ibuku. Tanpa sengaja saudaraku melihat ibuku di jalanan. Saudaraku langsung menghubungi aku dan kakaku. Aku dan kakakku segera menjemput ibuku. Terima kasih untuk saudaraku pada saat itu mau menunggu ibuku saat kami mau menjemput.
Rasanya waktu itu senang campur sedih dan terharu melihat ibuku. Dengan baju lusuh yang dia pakai aku peluk dia sambil tersenyum dengan air mata. Dalam hatipun aku bicara, "Terima kasih ya Tuhan di setiap doa aku memohon dan Engkau mengabulkan sekarang tanpa diduga-duga."
Untuk Ibu Tersayang
Aku berterima kasih untuk semua kasih sayang yang diberikan. Doa-doa baik yang tak pernah putus untuk anak-anaknya. Terima kasih untuk menjadi ibuku dan melahirkanku ke dunia, saat ibu melahirkanku kau mengalami skizofrenia. Aku menyayangimu dengan apa adanya dirimu ibu, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu, aku bangga telah mempunyai ibu sepertimu.
Senyummu, bahagiamu, canda tawamu itu yang aku ingin kan darimu, Bu. Aku hanya ingin melihat senyumanmu kebahagianmu ibu.
Untuk hidupnya yang sama sepertiku, untuk care giver, untuk ODGJ, semangat kamu tidak sendiri. Jangan pernah merasa malu, buang malu itu selama kita tidak melakukan dosa, kita sama-sama manusia. Jangan pernah merasa berkecil hati. Jangan pernah merasa tidak percaya diri. Jangan pernah merasa malu. Kita berhak bahagia. Kita berhak bersinar menjadi diri kita apa adanya kita dengan segala hal yang ada di diri kita.
#ChangeMaker