Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Luh Manik Sinta Nareswari
Mama adalah seorang single mother semenjak papa meninggal dunia 3 tahun yang lalu. Beban dunia seakan berpindah ke pundaknya, ketika tidak ada lagi raga belahan jiwa tempat berbagi suka dan duka. Masih teringat dengan jelas bagaimana raut wajahnya menunjukkan kehilangan yang teramat sangat ketika menyambut kepulanganku dari tanah rantau, matanya sembab menampung air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Sosok kuat yang selama ini aku lihat, pada hari itu, menunjukkan sisi lemahnya, untuk sesaat.
Tiga tahun ini tidak mudah kami lewati, terlebih secara finansial, karena selama ini Papa yang menjadi tulang punggung keluarga. Untuk saat ini masih bisa bertahan hidup dan mampu makan dengan cukup, sudah menjadi suatu anugerah bagi kami. Hal ini tidak lain dan tidak bukan adalah berkat Mama. Entah bagaimana Mama memutar otak untuk mencari jalan agar dapur kami tetap mengebul dan anak-anaknya tetap mendapat pendidikan dengan layak, semua hal dilakukannya, mulai dari berjualan buah-buahan hingga berbagai makanan masakannya.
Kebetulan Mama pandai memasak, pandai sekali memasak, lebih tepatnya. Spesialisasinya di masakan nusantara, mulai dari Daun Singkong Tumbuk khas Batak hingga Papeda dari Papua. Dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, mungkin hal ini karena kami dahulu tinggal secara nomaden, dari satu kota ke kota lainnya.
Tetap Bekerja Keras dengan Hati yang Tangguh
Selama pandemi ini, jualan Mama menjadi semakin sulit. Tetapi hal tersebut tidak membuat Mama dan kami, anak-anaknya, menyerah. Setiap ada peluang, di sana akan kami usahakan. Walaupun Mama paling jago memasak masakan nusantara, hal tersebut tidak membuatnya menutup mata dan tidak mau mencoba untuk menjajal masakan dunia.
Kemarin, berbekal sedikit contekan resep yang dilihatnya sekadar lewat di televisi, Mama mencoba membuat Spicy Chicken Wings ala Korea. Hasilnya tentu rasanya luar biasa, tidak kalah dengan yang pernah kami beli sebelumnya. Hal ini membuatku percaya bahwa orang terpandai memasak di dunia bagi kita tidak selalu memiliki gelar chef di namanya, karena seringkali orang tersebut adalah ibu kita sendiri. Mungkin mereka tidaklah profesional, tetapi hanya mereka yang mampu memasak makanan kesukaan kita dengan begitu nikmatnya. Tidak peduli bagaimana mewah dan lezatnya makanan yang kita pesan di restoran bintang lima, masakan Mama akan selalu menjadi numero uno.
Hari ini akhirnya Mama mulai memberanikan diri untuk menjual menu masakan terbarunya, yang keluar dari zona nyamannya di kuliner nusantara. Pemasarannya baru dicoba di sekitaran tetangga dan teman-teman terdekatnya, dengan harga Rp15.000 saja. Meski untungnya tidak seberapa, tetapi Mama tetap senang dan bersyukur, tampaknya senyuman dari pelanggannya yang gembira meyantap dengan nikmat masakan buatannya cukup membayar lebih dari sekadar uang.
Senyuman dan kebahagiaan tersebut seakan memiliki efek yang menular bagi kami. Dari Mama aku belajar, meski kami hidup berusaha mencukupi keadaan, hati kami harus tetap kaya, dan yang terpenting jiwa kami selalu bahagia.
#ChangeMaker