Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Gita Rahmawati Rahayu Usuli
Pernah ada seorang teman bertanya, mengapa saya bisa tumbuh dengan rapi dan kuat dari godaan pergaulan remaja kendati saya hidup jauh dari seorang ibu? Seperti yang kita semua ketahui, ibu di belahan bumi mana pun punya peran penting dalam tumbuh kembang seorang anak. Ibu adalah madrasah pertama, tempat di mana anak bisa mengenal dunia lewat cinta dan didikannya.
Akan tetapi tidak semua kisah antara Ibu dan anak bisa sempurna dan berjalan baik seperti kebanyakan orang, saya termasuk di dalamnya. Saya dan ibu biasa hidup berjauhan karena desakan ekonomi. Ibu selalu pergi bekerja ke kota menjadi seorang pramuwisma, meninggalkan saya dan adik dalam kesepian tanpa batas. Tapi dari sanalah saya menemukan cara untuk menjadi tegar, kuat dan giat belajar untuk jadi yang terdepan.
Jika dulu saya mengejar nilai besar di sekolah untuk kebangaan diri, setelah arah hidup berubah pandangan saya terhadap rentetan nilai di rapor pun ikut berubah. Dari mulai kematian Ayah yang membuat kami kehilangan pemasukan, sampai keputusan Ibu untuk bekerja ke kota.
Tidak mudah ketika memulai hidup sendirian mengurus seorang adik kecil saat usia belum matang. Yang tadinya saya merupakan anak manja, seketika harus mengubah diri menjadi sosok Ibu, Ayah dan Kakak bagi adik saya. Mengingat semua itu di masa sekarang saat keadaan sudah jauh lebih membaik, tak terasa saya meneteskan air mata.
Berusaha Tegar demi Ibu yang Sudah Berjuang Keras
Saat ketika teman saya bertanya seperti itu, saya hanya punya satu jawaban. Semua karena Ibu, tak lain karena Ibu. Ketika Ibu bekerja sepanjang waktu untuk menjaga keberlangsungan hidup kedua anaknya, maka tugas saya adalah menjaga senyum di bibirnya. Menjaga hati Ibu saya dari rasa khawatir terhadap anak gadisnya.
Dan sederet prestasi yang saya torehkan di sekolah, semua karena Ibu dan hanya untuk Ibu. Pekerjaan Ibu yang hanya seorang asisten rumah tangga kerap menuai pandangan rendah dari orang lain. karenanya, segala bentuk prestasi yang saya ukir dengan sekuat tenaga adalah oleh-oleh terbaik untuk lelahnya. Puncaknya adalah ketika saya mendapatkan beasiswa untuk berkuliah di salah satu PTN. Saya tidak akan pernah lupa bagaimana Ibu saya tersenyum, menangis bahagia dan mulai dihargai.
Ibu, rangkaian kata sebagus apa pun tidak akan cukup untuk mewakili betapa besar cinta dan terima kasih saya padamu, Bu. Seberapa sering pun engkau bilang aku adalah anak baik dan berbakti, semuanya tidak akan cukup menebus jasamu. Hanya Allah pemilik segala kesenangan dan kerajaan yang bisa “membayar” semuanya.
Terima kasih Ibu, saya mencintaimu.
#ChangeMaker