Fimela.com, Jakarta Sebagai seorang perempuan campuran berusia 5 tahun dengan rambut keriting, Bianca Bujan memiliki seorang ibu dari ras Kaukasia. Ritual setiap pagi Bianca dengan sang ibu adalah membalurkan krim kelapa ke rambut, menyisirnya, membaliknya, dan menggulungnya untuk membuat rambut ikalnya mudah diatur.
Bianca adalah anak angkat yang tidak mengetahui seluk beluk kebangsaannya. Ia hanya tahu bahwa dirinya separuh kulit hitam dan separuhnya lagi Makedonia.
Diadopsi sebagai perempuan berkulit warna dengan orangtua berkulit putih, Bianca berjuang menemukan tempatnya di dunia yang dikelilingi oleh orang-orang yang tidak mirip dengannya. Hal yang paling menonjol dari Bianca adalah rambut ikalnya.
Bianca berusaha mengubah tatanan rambutnya yang bertekstur agar bisa berbaur dan ketika melakukannya, ia juga menyembunyikan identitas budayanya. Bianca takut akan pertanyaan yang muncul seputar asal usul rambut keriting dan kulitnya yang gelap.
Perjalanan yang dialami Bianca dari masa kanak-kanak hingga dewasa justru membuat rasa ingin tahunya berubah menjadi kepercayaan diri, mengenali, dan menghargai latar belakangnya sebagai perempuan dari ras campuran. Selama bertahun-tahun awal masa kanak-kanak, Bianca tidak menyadari bahwa dirinya berbeda.
Ia menjalani hidup dengan kepercayaan bahwa walaupun orang terlihat berbeda, mereka harus diperlakukan sama. Suatu hari di taman bermain sekolah, seorang teman sekelas Bianca melemparinya dengan batu dan memanggilnya "Blackie."
Perjalanan Bianca menyesuaikan diri dengan rambutnya
Setelah ibunya menjelaskan tentang rasisme, mata Bianca mulai terbuka terhadap diskriminasi, kenyataan yang akan berulang sepanjang hidupnya. Saat itu, ia mulai melihat dirinya dengan cara yang berbeda, akibatnya, tingkat kenyamanannya dengan rambutnya berubah.
Menjelang akhir sekolah dasar, Bianca memohon kepada orangtuanya untuk meluruskan rambut. Semua orang melakukannya dan ia tidak mengerti mengapa ia tidak bisa melakukan hal yang sama.
Setelah menghabiskan ratusan dolar, rambut ikalnya akhirnya terlihat sama dengan orang lain. Ia terjebak dengan rambut yang dibencinya dan itu justru membuat Bianca merasa terisolasi dan tidak pada tempatnya.
Selama masa remaja, Bianca mencoba menyesuaikan diri agar tidak menonjol. Setiap hari, ia mengikat rambut ke belakang menjadi sanggul, sehingga tidak ada yang tahu seperti apa rambut asli Bianca.
Bianca merasa seperti didorong untuk bereksperimen dengan rambutnya dan ia melakukannya, memakainya dalam tatanan kepang, mewarnai, dan memotongnya sangat pendek. Tidak ada yang memuaskan, Bianca tidak nyaman dengan dirinya sendiri dan ia tidak merasa terhubung dengan budayanya.
Sebagai orang dewasa muda, ia terus bersembunyi di balik rambut yang disisir ke belakang dan akhirnya beralih ke perlurusan kimiawi untuk mendapatkan tampilan yang diinginkan. Ketika akhirnya Bianca menjalani tes DNA di usia awal 30-an, ia menemukan bahwa dirinya adalah campuran Nigeria, Irlandia, dan Makedonia.
Saat Bianca menjadi seorang ibu
Akhirnya Bianca bisa percaya diri menjelaskan tentang asal usul rambut ikal dan kulitnya yang berwarna kayu manis, jika ada orang yang bertanya. Bianca juga memotong rambutnya yang telah diluruskan dan mulai menumbuhkan lagi rambut ikal alaminya.
Saat Bianca menjadi seorang ibu, ia menyadari betapa pentingnya menunjukkan asal usul dirinya. Suatu hari, ketika Bianca dan putrinya pulang dari salon, sang anak bertanya apakah ia juga bisa memiliki rambut yang sama dengan rambut Bianca, karena ia tidak ingin terlihat berbeda.
Bianca sangat mengerti. Ia tidak meluruskan rambut putrinya agar ia bisa menyesuaikan diri, Bianca justru berjanji untuk membuat rambutnya sendiri besar dan keriting.
Bianca sadar bahwa ia telah menjadi panutan bagi anak-anaknya dan membiarkan rambutnya tergerai alami adalah langkah pertama yang harus dilakukan. Tahun ini, dengan adanya gerakan Black Lives Matter, Bianca sadar pentingnya memperdalam pemahamannya tentang ras campuran keturunan seperti dirinya.
Hasilnya, Bianca merasa lebih nyaman dengan kulitnya sendiri dan rambut alaminya. Dengan mempelajari akarnya, ia merasa lebih bebas untuk menunjukkan akarnya, berharap anak-anaknya akan terdorong untuk melakukan hal yang sama.
#ChangeMaker