Fimela.com, Jakarta Selalu ada cerita di balik setiap senyuman, terutama senyuman seorang ibu. Dalam hidup, kita pasti punya cerita yang berkesan tentang ibu kita tercinta. Bagi yang saat ini sudah menjadi ibu, kita pun punya pengalaman tersendiri terkait senyuman yang kita berikan untuk orang-orang tersayang kita. Menceritakan sosok ibu selalu menghadirkan sesuatu yang istimewa di hati kita bersama. Seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela dalam Lomba Cerita Senyum Ibu berikut ini.
***
Oleh: Rahma Khusniawati
Sembilan belas tahun sudah berlalu sejak keputusan terberat itu diambil oleh sosok yang paling aku sayangi di dunia ini. Antara impian atau masa depanku. Kelahiranku merupakan suatu berkah namun juga bencana. Ibu adalah anak ketiga dari lima bersaudara. Kakekku seorang penjaga sekolah yang mempunyai ambisi agar semua anak-anaknya bersekolah dan menjadi sesosok abdi negara yang sangat dihormati pada era tersebut.
Begitu juga dengan ibuku, dengan tekadnya yang kuat untuk mewujudkan mimpi kakek dan mimpinya sendiri. Ibu berkuliah di salah satu perguruan tinggi keguruan. Setelah lulus ibu juga menjadi guru magang di sebuah TK yang pada akhirnya mempertemukannya dengan cinta seumur hidupnya, ayah.
Sebelum melahirkanku ibu sudah mempunyai kedua kakakku, dan masih memperjuangkan cita-citanya. Sayangnya harapan tersebut sirna karena melahirkanku. Pada saat aku berumur 3 minggu, ibu memperoleh SK untuk menjadi PNS dengan persyaratan pada hari yang sama ibu harus konfirmasi dan berangkat untuk diklat selama 2 minggu.
What's On Fimela
powered by
Ibu yang Berkorban demi Aku
Sungguh pilihan yang sangat berat karena pada saat itu, aku masih membutuhkan ASI eksklusif. Di sisi lain, inilah mimpi yang ingin diraih. Dan dengan berat hati, ibu memilih untuk menjagaku, merawat dan mendidikku hingga saat ini, merelakan cita-citanya yang dari dulu diperjuangkan.
Ibu selalu percaya, “Mimpi ibu boleh sirna, namun ibu tidak akan membiarkan mimpi-mimpi anak ibu tidak terwujud.”
Dear Ibu,
Hanya kata maaf yang mampu aku ucapkan. Maaf belum bisa menjadi anak yang membanggakan, maaf masih jauh dari kata berbakti, maaf atas kesalahan yang sebelumnya dan setelah ini. Dan terima kasih, terima kasih telah memilih menjadi ibu yang selalu merawat dan mendidikku, tersenyum saat aku mengatakan kabar gembira dan menahan tangis ketika aku gagal.
#ChangeMaker