Single-Tasking Bantu Cegah Stres saat Bekerja, Simak Studi Penting Ini

Endah Wijayanti diperbarui 14 Des 2020, 12:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Sering kita mendengar atau diminta untuk bisa melakukan banyak hal bersamaan ketika bekerja. Seperti harus selalu menanggapi setiap pesan teks yang masuk dari grup kantor ketika pada saat bersamaan sedang mengerjakan proposal penting. Atau dituntut untuk berparitipasi memberikan ide-ide baru ketika masih sibuk berkomunikasi dengan klien. 

Baik bekerja di kantor maupun di rumah, kadang kita merasa berkewajiban untuk bisa multitasking atau melakukan lebih dari satu hal pada waktu bersamaan. Dengan tuntutan dan dinamika pekerjaan yang cepat, kadang kita terpaksa multitasking. Namun, ada kalanya kita perlu memilih single-tasking. 

Single-Tasking Meningkatkan Produktivitas

Mengutip buku Company of One, Gloria Mark, profesor di Departemen Informatika di Universitas California menemukan bahwa bahwa untuk setiap gangguan, butuh waktu sekitar 23 menit dan 15 detik untuk kembali berkonsentrasi pada pekerjaan yang sedang dilakukan. Jadi, bisa dibayangkan kan kalau dalam mengerjakan sesuatu kita terus mendapat gangguan atau disela untuk banyak hal lainnya, maka yang terjadi kita akan butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan tugas utama.

2 dari 2 halaman

Single-Tasking Membantu Meningkatkan Konsentrasi

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Tak perlu merasa bersalah saat merasa lebih nyaman mengerjakan satu hal tanpa harus disambi dengan hal lain. Justru dengan single-tasking atau mengerjakan satu hal dalam satu waktu, daya konsentrasi bisa lebih terjaga dan meningkat. Pekerjaan yang diselesaikan sesuai prioritas pun bisa lebih cepat beres.

Tidak semua kesibukan harus dikerjakan dengan sistem multi-tasking. Ada saatnya atau bahkan kita perlu memprioritaskan bekerja dengan sistem single-tasking agar tidak mudah stres atau tertekan ketika bekerja. Hasil yang lebih baik dan sempurna pun bisa diperoleh dengan sistem single-tasking. 

#ChangeMaker