Fimela.com, Jakarta Seorang ibu menjadi sosok yang paling istimewa di hati kita. Saat menceritakan sosoknya atau pengalaman yang kita miliki bersamanya, selalu ada hal-hal yang tak akan bisa terlupakan di benak kita. Cerita tentang cinta, rindu, pelajaran hidup, kebahagiaan, hingga kesedihan pernah kita alami bersama ibu. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2020: Surat untuk Ibu berikut ini.
***
Oleh: Rahayu Putri
Teruntuk Ibu,
Dua puluh satu tahun telah kulewati menjadi anak ibu. Menjadi anak bungsu yang susah diatur menyadarkanku bahwa aku punya cara tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayang dan syukurku menjadi anak ibuku. Ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar, ibuku selalu mencariku saat aku tidak segera pulang untuk makan siang.
Ibu pasti menyuguhkan seabrek petuah agar aku ini segera sadar bahwa makan adalah tanggung jawabku harusnya aku tidak perlu diminta makan dan bisa makan sendiri. Pesan itu hanya kudengar dan tidak pernah kugubris, aku rasa hal inilah yang menyebabkan ibuku selalu memberikan bermacam petuah dan penjelasan akan pentingnya makan.
Pada waktu yang berbeda aku akan selalu kena marah saat lututuku terluka. Sebenarnya aku sendiri juga lupa bagaimana bisa setiap hari aku pulang ke rumah dengan kedua lututku yang berdarah karena jatuh saat bermain. Setiap hari pula aku dilarang bermain di luar oleh ibuku, namun setiap hari pula aku berangkat bermain saat kawanku memanggilku.
Sebagai anak perempuan ibuku memang sudah pusing bagaimana membuatku patuh dengan segala aturannya, tapi beliau tak berdaya memarahiku terus-menerus karena tenaganya harus disimpan untuk pekerjaan lainnya. Ibuku laksana penjaga yang tau setiap gerak gerikku, bahkan ketika aku menyelinap pergi dari rumah saat tidur siang ibuku tahu persis aku ke mana dan membawaku kembali ke rumah.
Ibuku segera memintaku mengulangi rutinitas sebelum tidur siang, aku harus berganti baju lagi, mencuci kaki dan tangan lagi, merapikan tempat tidur lagi. Setelah kusadari perbuatanku itu ternyata menyiksa diriku sendiri. Selain sebagai penjaga ibuku juga mahir memasak. Sebenarnya tidak semua masakan ibuku nikmat atau lezat, kadang ibuku sering membuat makanan yang kurang asin, atau terlalu asin, atau hambar, juga terlalu manis. Namun, ibuku selalu bisa membuatku menikmati semua masakannya dan aku pasti kenyang.
Saat aku makan di liar rumah dan rasanya kurang nikmat aku bisa segera berhenti makan dan tidak mau lagi menyantap makanan semacam itu sampai kapan pun. Tapi ketika masakan ibuku terasa ada yang kurang aku pasti bisa mngehabiskannya. Aku rasa sebesar itulah rasa cinta ibuku kepadaku, bagaimanapun keadaanku ibu selalu siap menerimaku apa adanya.
Selain memiliki keahlian memasak dan handal dalam mengawasi, ibuku juga mampu membuatku sedih karena harus tinggal di tempat yang berbeda dengannya. Hal ini kurasakan saat aku dulu mulai berkuliah di kota yang berbeda dengan kota kelahiranku.
Saat aku kembali untuk kuliah ibuku selalu membawakanku bekal makanan. Beliau selalu membawakanku lauk, makanan ringan, dan tidak lupa sayur. Beliau merasa bahwa meski yang dibawakannya bukan makanan mahal tapi empat sehat lima sempurna adalah keharusan. Saat aku berangkat dari rumah rasanya biasa saja. Tapi ketika aku sampai di kosku aku selalu menangis saat membuka semua bekal yang dibawakan ibuku.
What's On Fimela
powered by
Terima Kasih Ibuku Tersayang
Saat membuka bekal yang dibawakan ibuku, aku merasakan begitu besar cinta ibuku. Beliau tidak mau aku sedih karena makan sendiri, sehingga selalu dipilihkan lauk kesukaanku, dan makanan ringan favoritku. Tidak lupa semuanya disusun rapi di wadah makanku. Aku tidak perlu bersusah payah, tinggal membukanya dan makan. Bekal sederhana ini seketika membuatku rindu ibuku.
Saat sampai di kos ibuku selalu meneleponku dan bertanya, "Sudah sampai kos? Makanannya bisa dimakan?" Saat itu aku pasti tengah menahan tangis sehingga jawabanku pasti sama, "Sudah, aku mandi dulu lalu makan." Setelah itu ibuku menutup telepon dan aku menangis sesenggukan merindukannya.
Meskipun aku bandel dan sering tidak mendengarkan apa yang dikatakan ibu tapi aku menyayangi ibuku. Aku bukan anak yang bisa menyampaikan perasaan dengan baik. Jadi, jika aku merindukan ibuku aku akan menelponnya lalu kita berbincang seharian. Jika ibuku perlu sesuatu aku pasti segera memenuhinya, karena sesulit itu memang untukku mengungkapkan rasa sayangku pada ibu.
Semoga ibu tahu bahwa aku selalu menyayanginya. Semua yang disampaikan ibu selama ini pasti kudengar dan aku berusaha melakukannya. Tapi, karena sikapku yang masih kekanak - kanakan ini ibu pasti lebih sering merasa khawatir atas segala tingkahku. Aku selalu merindukan ibu saat harus pergi jauh, aku senang saat bercanda dengan ibu. Aku juga suka tidur bersama ibu.
Aku senang menghirup aroma tubuh ibu. Aku menyukai segala hal tentang ibu, namun maafkan aku karena tidak bisa mengungkapkan semuanya dan terus menutupinya. Semoga ibu selalu diberi kesehatan dan tidak lelah untuk mengingatkanku. Aku mencintai ibu lebih dari sikapku selama ini kepada ibu.
#ChangeMaker