Living Beauty, Gerakan Mendaur Ulang Sampah Jadi Produk Rumah Tangga yang Ramah Lingkungan

Vinsensia Dianawanti diperbarui 10 Des 2020, 16:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Bumi mengalami krisis global akibat penumpukan sampah yang memang sangat sulit dapat terurai. Pencemaran lingkungan pun menjadi sulit dihindari akibat kesadaran akan pentingnya mengurangi atau mendaur ulang sampah masih terbilang cukup rendah. Alhasil, tidak adanya keseimbangan alam yang bisa menggiring kehidupan manusia ke dalam bencana.

Meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan bisa dipelajari dari kebudayaan berbagai suku tradisional di Indonesia. Salah satunya Suku Dayak di Sungai Utik, Kalimantan yang percaya tentang bagaimana hidup selaras dengan alam. Dari cara hidup masyarakat adat di Sungai Utik ini, terinspirasi untuk mendaur ulang bahan-bahan sisa yang menjadi sampah dan tidak bisa terurai secara organik menjadi berfungsi kembali.

Sandei yang menjadi merek partisi asal Indonesia meyakini proses daur ulang sampah sudah harus dimulai dari sekarang. Menggandeng sejumlah desainer dari berbagai bidang, Sandei dan merek asal Belanda, Coulisse mulai mengurangi sampah dengan mencetuskan program "Upcycle Program" Program ini mendorong brand untuk mengurangi sisa kain dalam proses produksi.

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Menggandeng sejumlah desainer Indonesia

Sadar akan bahaya sampah yang menyerang bumi, ini saatnya menerapkan konsep Living Beauty (Foto: Sandei)

Dengan tema "Living Beauty", program ini juga menggerakkan berbagai kegiatan yang tidak hanya mengurangi sampah produksi, tetapi juga membuat sampah produksi memiliki wujud dan fungsi wujud. Kegiatan ini akan berlangsung pada akhir 2020 hingga awal 2020 untuk membangun kepedulian alam sekaligus melibatkan desainer yang memiliki pemikiran kreatif untuk memberikan fungsi baru pada material sisa tersebut.

Living Beauty akan melibat sejumlah desainer ternama Indonesia dari berbagai bidang untuk menciptakan konsep hidup yang lebih ramah lingkungan. Seperti Purana (Fashion), Ong Cen Kuang (Decorative Lighting), Domisillium x Lana Daya(Interior), Atelier Riri (Arsitektur), dan Sandy Karman (Design Grafis). Mereka akan menggunakan kembali bahan kain sisa untuk menjadi sebuah produk baru demi menciptakan bumi yang bebas dari bahaya sampah.

Sebelum Living Beauty ini berlangsung, Coulisse sebenarnya sudah memulai bsinis fashion dengan dasar pemikiran yang ramah lingkungan. Terlihat pada produk kain blinds yang ramah lingkungan dan terbuat dari botol PET. Coulisse bahkan telah lebih dahulu memiliki program CSR dan berkolaborasi denganTrashpacker yang berkeliling dunia dan membersihkan sampah di tempat yang merekakunjungi.

Sadar akan bahaya sampah yang menyerang bumi, ini saatnya menerapkan konsep Living Beauty (Foto: Sandei)
3 dari 3 halaman

Simak video berikut ini

#changemaker