Fimela.com, Jakarta Tidak pernah disangka sebelumnya oleh Isabella Vanny jika dampak pandemi menimpa dirinya secara langsung. Vanny yang bekerja di sebuah perusahaan startup harus merasakan bekerja tanpa digaji selama 3 bulan akibat pandemi. Setelah bekerja tanpa digaji, kenyataan yang semakin pahit harus diterima Vanny karena dirumahkan oleh perusahaan.
Sadar bahwa banyak perusahaan yang juga mengurangi karyawannya, Vanny tidak bisa mencari pekerjaan lain di tengah pandemi. Sehingga Vanny membuka bisnis sendiri demi membantu suami dengan menjalankan kembali bisnis lamanya yang menjual alpukat.
"Tentunya bukan perkara mudah ya untuk bisa survive dari kondisi, karena kebutuhan tetap harus berjalan, tapi gaji yang biasa masuk dari 2 pintu yaitu dari suami dan aku, tiba-tiba berubah mendadak jadi cuma 1 pintu. Jadi caraku untuk survive adalah memulai bisnis yang dulu pernah aku tinggalkan karena kesibukan pekerjaan," kata Vanny.
Dengan merek Kilat Alpukat, Vanny sebenarnya telah menjalankan bisnis alpukat ini sejak 2018. Akibat sibuk bekerja, terpaksa bisnis ini mandek dan kini digeluti kembali di masa pandemi. Vanny mulai fokus mencari pasar dan kembali menjamah konsumen lamanya untuk kembali berlangganan alpukat.
What's On Fimela
powered by
Berawal dari kekecewaan beli alpukat
Bisnis alpukat ini sendiri bermula dari kekecewaannya yang kerap membeli alpukat namun kualitasnya buruk. Akhirnya, Vanny berkenalan dengan petani kebun dan menemukan alpukat yang kualitasnya benar-benar baik.
Memiliki kepuasaan tersendiri saat mencicipi alpukat ini, Vanny mengajak rekan dan kerabatnya untuk membeli alpukat berbarengan. Mengingat lokasi petani yang cukup jauh sehingga Vanny harus mengumpulkan sejumlah orang untuk sama-sama menanggung ongkos kirim melalui sistem Pre Order.
Melihat antusiasmu rekan dan kerabatnya setiap buka PO, akhirnya Vanny menekuninya sebagai ladang bisnis, bahkan sebelum pandemi melanda. Karena dipromosikan sebagai alpukat dengan kualitas terbaik, Vanny pun memberikan sistem garansi pada produk yang ia jualnya.
"Aku juga ada sistem garansi, karena alpukat adalah hasil alam, aku tidak bisa jamin 100% sempurna, maka kami berikan garansi jika alpukat gagal matang atau defect maka akan kami ganti di order berikutnya, sebagai bentuk excellent service kami," cerita Vanny.
Ambil langsung dari petani
Vanny mengambil alpukatnya secara langsung dari petani yang ada di Sukabumi dan Lampung. Dengan sistem bisnis beli putus dengan petani, Vanny mengumpulkan pesanan hingga 50kg sekali pengiriman. Memastikan petani juga mendapatkan pendapatan pasti dari hasil panen yang ia jual.
Tak hanya petani, bisnis alpukat yang digeluti Vanny kini juga menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Di mana ia bisa membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang di tengan krisis ekonomi yang melanda akibat pandemi.
Dengan menggeluti bisnis alpukat ini, Vanny mampu meraih omzet rata-rata sekitar Rp10 juta perbulan. Bisnis ini telah menjangkau pelanggannya hingga wilayah Sumatera dan Bali dengan dibantu oleh reseller-nya yang kini berjumlah enam orang.
Variasi buah dan produk lain
Selain karena kehilangan pekerjaan, Vanny juga terpacu untuk menggeluti kembali bisnis alpukatnya karena melihat adanya kebutuhan kondisi kesehatan yang baik di tengah pandemi. Salah satu caranya adalah menjaga asupan makan dengan mengonsumsi buah-buahan atau vitamin.
"Dan salah satu cara menjaga asupan dengan mengkonsumsi alpukat. Juga di circle-ku banyak teman-teman seumuran yang sudah punya bayi atau anak dan butuh alpukat dengan grade yang bagus untuk kebutuhan MPASI anak-anaknya," kata Vanny.
Agar pelanggannya tidak bosan, Vanny juga menjual variasi buah lainnya, seperti mangga yang memiliki masa panennya sendiri. Mangga yang dijual Vanny tidak hanya dalam bentuk buah. Vanny melihat adanya tren kuliner yang berkembang dan menggunakan buah sebagai bahan bakunya. Sehingga ia juga menjual buah dalam produk olahan, seperti mango sticky rice dan mango sago.
Simak video berikut ini
#changemaker