Fimela.com, Jakarta Hijab di industri fashion dunia memang sudah tidak asing lagi sejak beberapa tahun belakangan. Bahkan, industri fashion busana muslim di beberapa negara justru mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bukan hanya di Indonesia dan Malaysia dengan populasi pemeluk agama Islam terbanyak saja, tetapi juga di berbagai negara Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, industri fashion ternyata masih dinilai kurang beragam. Hal ini mengakibatkan hijab justru disalah artikan. Menurut supermodel berdarah campuran Somalia dan Amerika, Halima Aden, berkarier di industri fashion sebagai pemeluk agama Islam dan berhijab tidak mudah.
Dilansir dari AJ+, Halima yang merupakan supermodel pertama yang mengenakan hijab mengaku kalau meniti karier di industri tersebut mendorongnya untuk bekompromi dengan pengenaan hijab. Supermodel yang masih berusia 23 tahun ini belakangan mengunggah sebuah seri IG Stories yang menunjukkan kampanye, photoshoot, dan runway shows dirinya secara candid.
Dalam postingannya tersebut, Halima Aden mengatakan seharusnya dia bisa lebih baik lagi dana merepresentasikan hijab di dunia permodelan dan industri fashion. Menurutnya, kurangnya keberagaman di industri tersebut menyebabkan tidak banyak orang paham akan hijab.
What's On Fimela
powered by
Tak Akan Berkompromi Soal Hijab
Adalah sang ibu yang mendorongnya untuk mempublikasi perjalanan hijabnya dan tetap mengejar kariernya di industri fashion. Baginya, hijab lebih dari penting. Meski dibayar dengan tarif tinggi, Halima mengaku tidak akan melepas hijabnya untuk tetap bisa bertahan di industri tersebut.
"Saya tidak akan mengambil risiko untuk berkompromi dengan hijab saya lagi, bahkan kalau diberi 10 juta dolar. Saya akan mempertahankan hijab saya," tulisnya di media sosial.
Halima menjadi supermodel sejak 2017 dan merupakan perempuan berhijab pertama yang berkompetisi dengan Miss Minnesota. Halima juga merupakan model pertama yang muncul di sampul majalah Sport Illustrated dengan burkini dan hijab.
#ChangeMaker